Pengajian Remaja Masjid, Solusi Atasi Prilaku Bullying Pelajar

Abdul Fakih, S.H

Topik bullying nampaknya tidak pernah habis dari masa kemasa. Setiap tahun selalu ada kasus-kasus baru tentang perilaku peserta didik yang diketegorikan sebagai perilaku menyimpang, dilakukan secara sengaja dengan niat untuk melemahkan korban, mempermalukan, dan dilakukan berulang-ulang. Kasus bullying terbaru dan menjadi sorotan akhir-akhir ini di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah kasus seorang siswa SMAN 1 Kota Pangkalpinang berinisial BG, pelajar SMAN 1 Kota Pangkalpinang yang menjadi korban pengeroyokan beberapa rekannya.

Ada juga kasus perkelahian dua siswi SMP di Kota Pangkalpinang, video perkelahian berdurasi 24 detik itu sempat viral di media sosial. Dan masih banyak lagi kasus-kasus perilaku bullying lainnya yang terjadi di kalangan pelajar namun tidak muncul kepermukaan. Sejumlah penelitian tentang bullying memperlihatkan bahwa perilaku bullying di sekolah terjadi dikarenakan banyak faktor. Menurut pandangan Penulis, prilaku bullying terjadi salah satunya karena rendahnya moralitas atau budi pekerti pelajar itu sendiri.

Pelajar kita tidak akan serta merta memiiki budi pekerti yang baik jika tidak dibimbing, diarahkan, dan didik melalui pendidikan agama yang intensif dan berkesinambungan dalam jangka waktu yang panjang. Pendidikan agama harus dikedepankan, akhlak yang baik atau pendidikan agama menjadi yang utama.

Kendati demikian, pendidikan agama tidak boleh hanya mengandalkan pendidikan agama di sekolah, karena waktunya memang terbilang relatif singkat, ditambah lagi para peserta didik diharuskan memahami mata pelajaran lainnya sesuai kurikulum.

Solusi dari permasalahan tersebut menurut hemat Penulis yakni para orang tua peserta didik perlu mengarahkan anak-anaknya untuk mengikuti Pengajian Remaja Masjid yang dilaksanakan oleh Remaja Masjid terdekat dari tempat tinggalnya.

Pengajian Remaja Masjid merupakan program yang memiliki kekhususan dan menonjol dalam pembinaan Remaja Masjid, karena umumnya memerlukan penanganan khusus menyangkut 3 dimensi vital, yakni kecerdasan intelektual, kemampuan memahami makna Alquran, dan kecerdasan emosional. Pengajian Remaja merupakan langkah implementatif dan konkret untuk mencegah anak-anak melakukan hal-hal negatif, salah satunya bullying.

Kita manaruh harapan besar berharap dengan program tersebut dapat melahirkan generasi yang menjadikan Alquran sebagai jalan hidup mereka, mulai dari cara berpikir, berperilaku, dan berucap. Penulis pun berkeyakinan, jika program ini dijalankan dengan baik, maka generasi emas Indonesia di tahun 2045 bukan hanya jadi angan-angan, kita optimis dapat mengubah Indonesia di masa depan sebagai bangsa yang makmur, sejahtera, dan bermartabat, serta yang utamanya dalam jangka pendek dapat menjadi “rem” bagi pelajar kita untuk tidak membiasakan prilaku bullying, baik di sekolah maupun di lingkungannya.

Sebuah inovasi pendidikan agama juga sudah dicontohkan oleh Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dengan membentuk Pramuka LDII yang diberi nama Satuan Komunitas Sekawan Persada Nusantara (Sako SPN) yang resmi diakui sebagai bagian keluarga Gerakan Pramuka Nasional berdasarkan SK Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor : 204 dan 205 Tahun 2013.

Sako SPN adalah satu-satunya gerakan pramuka yang unik berbasis masjid dan pesantren yang sangat penting dalam pembentukan karakter sebagaimana kegiatan kepramukaan pada umumnya, namun di antara kegiatan itu ditanamkan nilai-nilai keagamaan untuk mewujudkan generasi yang faham terhadap ilmu agama, berakhlakul karimah, dan mandiri, serta menghasilkan generasi muda yang mempunyai karakter kuat, tidak mudah terpengaruh hal-hal negatif dalam era digitalisasi 4.O.

Pramuka bagi LDII bukan hanya sekedar gerakan kepanduan atau berpetualang di alam. Namun, pramuka adalah sarana membentuk generasi mandiri yang berkembang secara intelektual maupun spiritual. Pembentukan dan pengembangan karakter diperlukan bangsa Indonesia agar kembali menjadi bangsa yang kuat dan disegani.

Semoga penjelasan di atas bisa sama-sama menjadi renungan bagi kita untuk menyonsong masa depan yang lebih baik, dan utamanya membuat kita sama-sama sadar, bahwa pendidikan agama di sekolah saja tidak cukup untuk membentuk karekter remaja kita, dibutuhkan pendidikan agama secara intensif dan berkesinambungan, baik dengan kegiatan Pengajian Remaja Masjid, maupun mengkalborasikan kegiatan pramuka dengan pendidikan agama seperti yang telah dijalankan oleh rekan-rekan LDII melalui kegiatan Kepramukaan berbasis Masjid dan Pondok Pesantren. Selamat mencoba. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait