Hasil Tangkapan Menurun Drastis, Nelayan Kuala Terpaksa Jual Mesin Perahu untuk Bertahan Hidup

Diindikasi akibat penambangan laut yang merusak terumbu karang sehingga banyak nelayan terpaksa menempuh belasan hingga puluhan mil untuk menangkap ikan.

Bangka, Swakarya.Com. Maraknya aktifitas penambangan laut di perairan laut Sungailiat dan sekitarnya membuat hasil tangkapan nelayan daerah ini menurun drastis dan membuat nelayan ‘menjerit’. 

Dengan kondisi tersebut, sejumlah nelayan terpaksa menambatkan perahu dan mencari penghasilan lain demi menafkahi keluarganya. 

Seperti halnya diutarakan oleh Syamsudin, salah satu nelayan Kuala, Kelurahan Matras yang memilih menambatkan perahunya ketimbang melaut lantaran hasil tangkapannya menurun drastis. 

Selain itu kata dia, sejumlah nelayan juga berniat menjual mesin perahunya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. 

“Ini dikarenakan banyak nelayan putus asa dan tidak sanggup lagi mengeluarkan biaya operasi melaut,” katanya, Jum’at (11/10). 

Menurut dia, alasan sejumlah nelayan terpaksa menjual mesin perahunya lantaran hasil yang didapat saat turun melaut hanya 3 sampai 4 ekor ikan jenis parang parang yang didapat. 

“Sementara biaya operasional sekali melaut sekitar Rp100 ribu lebih.Jadi bagaimana mau meneruskan hidup kalau pengeluaran yang dikeluarkan lebih tinggi dari pada pendapatan,” katanya. 

Dikatakan Syamsudin, menurunnya hasil tangkap nelayan setempat disebabkan maraknya penambangan laut yang beroperasi diperairan laut Sungailiat baik oleh Kapal Isap Produksi maupun TI Rajuk. 

Karena menurut dia, akibat penambangan laut ini, terumbu karang yang merupakan tempat ikan bertelur kini dipenuhi limbah lumpur sehingga banyak nelayan terpaksa menempuh belasan hingga puluhan mil demi menangkap ikan. 

“Biasanya sekitar 3 mil jarak dari pantai ke tengah laut kami sudah lumayan mendapat tangkapan. Tapi sekarang ini kami melaut sangat jauh sekali. Bahkan ada juga yang sudah keluar dari perairan laut Sungailiat,seperti diperairan laut Pangkal Pinang,” katanya.

Atas kondisi ini, Syamsudin meminta pemerintah daerah ini ikut memikirkan hidup nelayan setempat yang mencari nafkah di tengah laut dengan cara membatasi zona pertambangan laut. 

“Melaut adalah mata pencaharian kami, jangan kalian rampas itu. Karena disini kami sebagai nelayan mempunyai hak atas sumber daya yang ada diperairan laut ini,” katanya. (Lio) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait