Tantangan Disrupsi di Abad 21, LDII Tekankan Inovasi

Jakarta, Swakarya.Com. Menghadapi disrupsi akibat pesatnya perkembangan teknologi, pemerintah Indonesia berupaya mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Namun LDII menilai, upaya itu belum menemukan filosofinya.

Hal tersebut mengemuka saat LDII menghelat konferensi pers bertepatan berakhirnya tahun 2019, dan menyongsong 2020.

Koferensi pers itu membahas sumbangsih dan pemikrian strategis LDII untuk pembangunan dan kemajuan bangsa. Acara tersebut menghadirkan narasumber Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo dan Chriswanto Santoso. Acara tersebut dihadiri 20 wartawan dari media-media nasional.

Menurut Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo, pesatnya teknologi menyebabkan disrupsi, terlebih lagi penyebaran informasi. Mau tidak mau, SDM yang dimiliki Indonesia harus memiliki kemampuan dan keahlian yang sesua dengan perkembangan zaman. LDII mendorong perlunya peningkatan kualitas SDM berciri ke-Indonesiaan.

“Dulu saat Nabi Adam diturunkan Allah untuk menebus dosanya ke bumi, ia dilengkapi dengan ekosistem agar bisa hidup. Kita sebagai bangsa Indonesia ditempatkan dengan tiga ciri, yaitu negeri vulkanik, negeri tropis, dan negeri kelautan,” ujar Prasetyo di Kantor DPP LDII, Patal Senayan pada Senin (30/12).

Maka kualitas SDM yang harus dipersiapkan harus bisa mengurus tiga hal tersebut. Pertama SDM yang mampu menggali aset negara vulkanik. Indonesia memiliki bentang alam dengan 68 gunung berapi aktif, kaya akan sumber daya mineral.

Kedua, Indonesia disebut negara tropis sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Maka harus memiliki SDM yang mampu mengolah sumber daya hayati. Contohnya soal pengobatan, saat ini Indonesia impor 90 persen obat. Padahal, saat era Kerajaan Majapahit, pengobatan memanfaatkan tumbuhan herbal.

Ketiga adalah kelautan. Karena Indonesia negara maritim, SDM harus mampu mengelola sumber daya pesisir. Misal potensi perikanan, transportasi, minyak dan gas. SDM berkualitas dibutuhkan untuk bisa mengembangkan teknologi yang diperlukan oleh kondisi bangsa Indonesia.

“Abad 21 menuntut setiap bangsa mampu berinovasi untuk menyelesaikan persoalannya masing-masing di abad 21 dengan ciri masing-masing persoalannya. Maka persoalan Indonesia abad 21 harus diselesaikan dengan cara-cara abad 21,” ujarnya.

Prasetyo Sunaryo mencontohkan, dunia pertanian misalnya. Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pangan, maka harus dikembangkan pertanian abad 21. Transportasi abad 21 yang akan menuju mobil listrik, maka SDM berkemampuan mengelola teknologi mobil listrik dengan segenap infrastruktur pendukungnya harus disiapkan. (Hun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait