Malam 7 Likur Tradisi Turun-temurun Desa Mancung Pemersatu Umat

Kelapa, Swakarya.com. Malam 7 Likur merupakan tradisi turun temurun yang dilestarikan di daerah yang kental dengan budaya melayu dan dilaksanakan pada bulan Ramadhan mulai tanggal 21 atau 10 akhir Ramadhan hingga menjelang malam takbiran Hari Raya Idul Fitri.

Pada Malam 7 Likur, setiap rumah memasang lampu berbahan bakar minyak tanah menggunakan wadah kaleng atau botol bekas minuman atau menggunakan buluh bambu dengan diberi sumbu. Pelita-pelita itu dipasang berjejeran di depan rumah dan sepanjang jalan. Di setiap perbatasan antar desa dibangun gerbang yang dihiasi pelita dan ukiran-ukiran kaligrafi Islami.

Wakil Gubernur (Wagub) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Abdul Fatah yang usai dipercaya untuk menyalakan api 7 likur mengapresiasi kegiatan ini. Ia mengatakan kegiatan Puncak Malam 7 Likur yang diadakan Warga Desa Mancung Bangka Barat ini, dikemas dan membawa pesan Budaya.

Kegiatan ini juga, menurut Wagub, merupakan penggabungan yang amat baik antara Kultur dengan Kegiatan Agamis. Hal ini tercermin dari gambaran yang ditunjukkan masyarakat yang memasang Api 7 Likur ini, dalam bentuk Gapura dengan desain beraneka ragam, seperti Gambar Masjid, Tumbuhan serta Gambar menarik lainnya yang menunjukkan bahwa walaupun berbeda – beda tetapi dipersatukan dengan menunaikan Ibadah dalam bulan Puasa Ramadhan ini.

Kepala Desa Mancung, Herlizon pada kesempatan sama mengatakan, Kegiatan Puncak Api 7 Likur ini sendiri, adalah budaya yang turun menurun dalam rangka menyambut turunnya lailatul qodar, yang dimana di saat itu, Bumi akan Gelap dan untuk itulah Api Likur ini dinyalakan untuk menerangi dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait