Kerajinan Pewter Sovenirnya Bangka Belitung

Pangkalpinang, Swakarya.Com. Mineral timah tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan barang-barang elektronik. Tapi juga bisa diolah menjadi kerajinan dengan berbagai bentuk menarik dan unik.

Orang-orang biasanya menyebutnya, Pewter yaitu kerajinan berbahan dasar timah.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai salah satu penghasil timah, menjadikan Pewter sebagai salah satu cinderamata unik. Seni kerajinan Pewter di Babel dipelopori oleh PT Timah Tbk medio tahun 80-an silam.

Dulu, PT Timah mendelegasikan tiga karyawannya untuk belajar membuat kerajinan pewter ke Jakarta.

Tiga karyawan ini kemudian melatih para pemuda di Bangka Belitung menjadi perajin pewter hingga membentuk kelompok perajin pewter di Bangka Barat lalu berlanjut ke Pangkalpinang.

Kala itu, PT Timah Tbk ingin menggeliatkan ekonomi kreatif di Bangka Belitung dengan mengajak masyarakat belajar menjadi perajin pewter.

Budi Pramono salah satu perajin pewter di Pangkalpinang bersama Pangkal Pewter kini terus mengembangkan kerajinan pewter. Bersama delapan orang rekannya, mereka membuat pewter dalam berbagai bentuk seperti kapal pinisi, gantungan kunci, bros, bola susun, kaligrafi, kereta dorong, peta bangka Belitung, miniatur motor, mobil dan beragam bentuk lainnya.

Ditemui di Galeri Pangkal Pewter Budi di kawasan Jalan Batin Tikal, dia memperlihatkan proses pembuatan pewter sambil bercerita tentang perjalanan pewter.

Pangkal Pewter juga merupakan mitra binaan PT Timah Tbk sejak dulu, mereka didukung penuh PT Timah Tbk sehingga dapat terus berkembang seperti saat ini.

Budi menceritakan untuk membuat pewter tidak terlalu sulit, hanya butuh ketelitian dan kesabaran, karena ini merupakan sebuah karya seni. Dalam membuat pewter terdiri dari beberapa tahapan yakni proses peleburan timah, setelah mencair sempurna timah dituang ke dalam cetakan dan dikeringkan. Setelah kering, pewter masuk ke dalam tahap penghalusan.

Menurutnya, waktu untuk membuat pewter tergantung produknya, karena tingkat kesulitannya pun berbeda-beda, untuk bros dan gantungan hanya membutuhkan waktu sekitar satu hari. Namun, untuk kapal pinisi dan bebeberapa bentuk lainnya bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan.

“Prosesnya susah-susah gampang, tapi yang penting kita mau belajar. Karena ini kan karya seni yang berbentuk produk kerajinan. Tapi memang ini dibutuhkan ketelitian dan keahlian,” kata dia.

Ia menceritakan, selain dibantu permodalan dari PT Timah Tbk, pihaknya juga dibantu peralatan, pemasaran, hingga memperkenalkan produk ke beberapa negara melalui pameran.

“Kami didukung PT Timah karena memang sudah jadi mitra binaan sejak dulu, termasuk bahan baku kami beli dari PT Timah Tbk. Meskipun kami beli sedikit-sedikit tetap dilayani dan tidak sulit. Hanya saja, harganya memang tergantung dengan harga jual timah itu sendiri,” katanya.

Ia menyebutkan, pewter memiliki prospek bisnis yang menjanjikan, permintaannya tidak hanya dari dalam negeri. Tapi beberapa negara juga pernah memesan pewter dari mereka.

“Dengan menjadi mitra PT Timah Tbk, kami dibantu dalam beberapa aspek seperti permodalan, ada beberapa pelaralatan juga, kami dibantu pemasaran lewat pameran. Kami pernah diajak untuk Pameran ke Malayasia dan beberapa daerah lainnya seperti Jakarta. Terus PT Timah Tbk juga membantu membeli produk kami,” sambungnya.

“PT Timah Tbk mendukung penuh usaha kami ini, karena kami juga dibina hingga dibantu memasarkan. Kami menjadikan dukungan PT Timah ini sebagai motovasi dan kepercayaan untuk kami agar terus membuat pewter,” tambahnya.

Diakuinya, memang di saat pandemi Covid-19 terjadi penurunan omset, jika biasanya dalam satu bulan omsetnya puluhan juta, saat ini sedikit menurun. Kendati demikian, PT Timah Tbk tetap mendukung mitra binaan dengan membeli produknya.

“Biasanya kan ada wisatawan yang belanja, ini kan sepi. Tapi masih ada juga pesanan, misalnya dari PT Timah Tbk mereka untuk cendera mata, ada juga dari instansi Pemerintah yang ikut memesan,” katanya.

Budi menyebutkan, Pengkal Pewter juga memberikan kesempatan bagi generasi muda yang ingin belajar untuk membuat pewter. Diakuinya, saat ini generasi muda yang memiliki keahlian membuat pewter ini menurun, sehingga dikhawatirkannya nanti tak ada lagi yang mau menggeluti kerajinan ini.

“Memang untuk regenarasi perajin pewter dari generasi muda ini keliatannya kurang peminatnya. Makanya kami mengajak anak muda yang mau belajar silakan datang ke workshop bisa kami bina. Padahal pewter ini memiliki prospek pasar yang menjanjikan,” sebutnya.

Ia menceritakan, dulu mereka pernah menerima pesanan dalam skala besar dari Malayasia, hanya saja keterbatasan sumber daya manusia yang membuatnya sehingga mereka tak bisa menyanggupinya.

Ke depan, Ia berharap kerajinan pewter betul-betul bisa menembus pasar internasional, semakin banyak perajin dari generasi muda sehingga nantinya dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.

“Semoga PT Timah tetap jaya, perajin pewter semakin banyak sehingga nantinya pewter semakin dikenal,” tutupnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait