Tidur Saat Berpuasa, Ibadahkah?

Oleh : Boli Hariyanto, Jurusan Sosiologi, FISIP UBB

Bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang sangat dinanti-nantikan oleh seluruh umat muslim di seluruh penjuru dunia, karena bulan ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa, bulan yang penuh ampunan dan berkah.

Bulan Ramadhan tidak terlepas dari adanya ibadah puasa. Saat bulan Ramadhan, umat islam diwajibkan untuk berpuasa.

Puasa itu sendiri adalah menahan diri dari makan, minum, nafsu, dan segala sesuatu yang membatalkannya mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Pada bulan Ramadhan seperti ini ada banyak sekali amalan-amalan kebaikan yang biasa dilakukan. Apalagi dalam bulan ini pahala-pahala yang didapatkan ketika melakukan ibadah akan dilipat gandakan oleh Allah SWT.

Bahkan, ada yang menyebutkan bahwa tidur dalam keadaan berpuasa juga merupakan ibadah. Tapi apakah benar tidurnya orang puasa itu merupakan ibadah?

Banyak sekali kita jumpai banyak orang-orang menjadikan tidur saat puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan.

Malahan ada yang tidur dari pagi sampai sore, mereka menganggap makin lama tidur maka makin banyak pahala yang didapatkan.

Diterangkan dalam sebuah hadist, bahwa “tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, doanya adalah doa yang mustajab, pahala amalannya pun akan dilipat gandakan.” (HR. Abdullah bin Aufi yang dituliskan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/1437).

Berdasarkan hadist ini banyak orang yang salah pengertian tentang makna tidur saat berpuasa merupakan suatu ibadah. Sebenarnya tidur yang dimaksudkan itu bukan tidur untuk bermalas-malasan dan sebagai pelarian dari rasa haus dan lapar.

Tetapi tidur yang dimaksudkan itu adalah tidur yang yang dilakukan dengan niat supaya malamnya bisa melaksanakan ibadah shalat sunah tarawih dan witir, serta amalan ibadah malam lainnya.

Lamanya waktu tidur pun juga disesuaikan, karena tidur yang lama akan dapat menggangu kesehatan orang yang berpuasa itu sendiri.

Pengurus Yayasan Pesantren Darul Istiqamah Maros, Mujjawwid Arif mengatakan bahwa tidurnya orang berpuasa akan bernilai ibadah jika diniatkan untuk menghindari perbuatan yang bisa mengiring ke dosa, atau dengan alasan bisa kuat melakukan ibadah pada malam hari.

Jadi tidak semua tidurnya orang berpuasa itu akan bernilai ibadah, apalagi tidur saat masuknya waktu shalat. Agama memang menganjurkan untuk beristirahat di siang hari namun waktu yang dianjurkan adalah sebelum masuk waktu zuhur atau selepas waktu shalat duha.

Tidur yang Bernilai Ibadah Sebenarnya

Setelah kita memperhatikan hadist dan tanggapan di atas mengenai bahwa tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah.

Sebenarnya maknanya bisa kita bawa ke makna yang benar, sebagaimana para ulama menjelaskan suatu kaidah bahwa setiap amalan yang statusnya mubah (seperti makan, tidur dan berhubungan suami istri) bisa mendapatkan pahala dan bernilai ibadah apabila diniatkan untuk melakukan ibadah.

Intinya semuanya adalah tergantung dari niat, jika niat tidurnya hanya malas-malasan sehingga tidurnya bisa seharian dari pagi sampai sore, maka tidur seperti itu adalah tidur yang sia-sia.

Kenapa demikian, karena seharusnya pada bulan Ramadhan kita harus banyak melakukan amalan ibadah seperti zikir, tadarus dan lain sebagainya.

Namun, jika tidurnya adalah tidur dengan niat agar kuat dalam melakukan shalat malam dan kuat untuk melakukan amalan lainnya, tidur inilah yang disebut tidur yang bernilai ibadah.

Oleh karena itu, pada bulan Ramadhan ini jadikanlah sebagai bulan untuk beramal dan berbagi kebaikan. Jikapun amalan itu berupa tidur, maka niatkan lah untuk beribadah kepada Allah SWT, dan tidurlah sesuai batas waktu sewajarnya agar tidak menyebabkan masalah dalam kesehatan diri kita.

Karena tidur yang berlebihan akan mengganggu kesehatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait