Penulis: Rozi, Dosen Tetap Prodi Ekonomi FE UBB
Swakarya.Com. Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa. Banyak sekali cerita-cerita indah yang selalu ada di setiap tahunnya. Seperti halnya tahun ini saya merasakan suasana yang berbeda yaitu berpuasa di kampus merdeka. Sebagaimana kampus merdeka yang dikonsepkan guna menciptakan adanya sumber daya manusia yang unggul membangun peradaban. Tentunya Ramadhan juga momentum terciptanya manusia yang beriman dan bertakwa, serta berakhlakul karimah. Jika di kampus merdeka menghadirkan istilah merdeka belajar bagi para mahasiswa. Tentunya Ramadhan juga menghadirkan segala kemerdekaan pada manusia, baik merdeka hati, pikiran, dan perbuatan.
Pertama, merdeka hati yang saya maksudkan di sini adalah merdeka dari sifat-sifat negatif yaitu iri, dengki, hasad, hasud, emosi, dan lain sebagainya. Karena jika manusia hatinya tidak merdeka dari sifat-sifat negatif itu, maka dapat dipastikan manusia tersebut kehidupannya akan suram. Demikian itu juga sudah diperingatkan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dalam sabdannya dikatakan bahwa “Ketahuilah! Sesungguhnya di dalam tubuh ini terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka seluruh tubuhnya akan baik. Namun apabila segumpal daging itu buruk maka seluruh tubunhya akan berdampak buruk. Ketahuilah! Segumpal daging itu adalah hati”.
Kedua, merdeka pikiran yang saya maksudkan di sini adalah merdeka dari prasangka negatif atau berperasangka buruk kepada orang lain, yang mana dalam agama dikenal dengan istilah suudzon. Suudzon merupakan anggapan dan pendapat yang negatif terhadap orang lain. Dalam ajaran Islam, berburuk sangka atau berpikiran negatif tentang orang lain sangat tidak dianjurkan.
Terlebih jika sampai memvonis buruk orang lain yang bisa jadi keburukan tersebut sebenarnya tidak ada pada dirinya. Seorang ulama Nusantara yaitu KH. Ahmad Nawawi Abdul Djalil pernah mengatakan bahwa “Husnudzon (berprasangka baik terhadap orang lain) lebih baik dibandingkan suudzon, meski sangkaan baiknya ternyata salah dan sangkaan jeleknya ternyata benar”. Berpikiran negatif terhadap orang lain dalam Islam merupakan dosa yang harus ditinggalkan.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah Al-Hujarat ayat 12 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka buruk, karena sebagian dari prasangka buruk itu adalah dosa. Dan janganlah sebagian kalian mencari-cari keburukan orang lain dan menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di atara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang”. Oleh sebab itu, sejatinya momentum Ramadhan ini dipergunakan dengan sebaik-baiknya guna melatih diri agar selalu berpikir positif terlebih berpikiran positif terhadap Allah SWT.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam hadis Qudsinya yaitu “Aku sesuai prasangka hamba-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku” (HR. Muslim).
Ketiga, merdeka perbuatan yang saya maksudkan di sini adalah merdeka dari perbuatan-perbuatan yang tidak mencerminkan akhlak yang baik, seperti selalu berdusta, tidak amanah, tidak menjadi teladan yang baik, tidak dapat dipercaya dan diberikan kepercayaan, serta lain sebagainya.
Karena sejatinya manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah fil ardh atau khalifah di Bumi guna menyebarkan teladan yang baik atau sikap yang positif untuk menjadi bagian yang akhirnya berkontribusi memperindah ciptaan-Nya yaitu alam semesta yang memang asalnya sudah indah.
Berangkat dari itu semua maka dapat dipahami bahwa Ramadhan adalah bulan yang memang dipersiapkan oleh Allah SWT bagi para hamba-Nya sebagai bulan pengintrospeksian diri agar menjadi insan kamil atau manusia yang lebih baik.
Oleh sebab itu, di detik-detik terakhir sisa Ramadhan ini, setidaknya kita pergunakan dengan sebaik-baiknya. Semoga di Ramadhan tahun ini kita semua mendapatkan curahan rahmat dari Allah SWT.***