Pangkalpinang, Swakarya.Com. Pandemi COVID-19 menekan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung triwulan II-2020. Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2020 mengalami kontraksi -4,98% (yoy), turun dibandingkan dengan capaian triwulan I 2020 sebesar 1,35% (yoy).
Perkembangan ini tidak terlepas dari pengaruh melemahnya ekonomi global sejalan dengan pandemi COVID-19 serta menurunnya aktivitas ekonomi domestik sebagai dampak pembatasan kegiatan untuk mencegah penyebaran pandemi COVID-19.
Di sisi lapangan usaha, hampir seluruh sektor unggulan Bangka Belitung mengalami kontraksi kecuali sektor pertanian. Sektor pertambangan dan industri pengolahan masing-masing terkontraksi sebesar 11,55% (yoy) dan 4,83% (yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya.
Penurunan kinerja kedua sektor tersebut disebabkan oleh penurunan harga timah sebagai dampak menurunnya permintaan timah global akibat terbatasnya aktivitas industri otomotif dan elektronik selama pandemi COVID-19.
Rata-rata harga timah global pada triwulan II 2020 mencapai 14.742 USD/MT atau turun 24.96% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sebagai dampaknya, perusahaan menahan ekspor logam timah yang berdampak terhadap penurunan produksi ditengah permintaan eskpor logam timah yang terbatas. Sektor perdagangan juga mengalami kontraksi sebesar 10,36 (yoy), setelah mampu tumbuh positif pada triwulan sebelumnya.
Disamping itu, sektor transportasi dan pergudangan mencatat kontraksi paling dalam sebesar 30,17% (yoy) akibat pembatasan aktivitas selama pandemi COVID 19 sehingga permintaan terhadap jasa transportasi mengalami penurunan.
Namun demikian, kinerja sektor pertanian masih tercatat tumbuh lebih tinggi sebesar 5,65%(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan tren peningkatan harga komoditas perkebunan khususnya CPO yang tumbuh sebesar 13.88% (yoy).
Kinerja perikanan tangkap juga tercatat meningkat sejalan dengan kondisi cuaca yang mendukung dan adanya peningkatan kegiatan usaha udang vaname.
Sementara itu, sektor informasi dan komunikasi masih tumbuh meningkat dari triwulan sebelumnya, seiring meningkatnya penggunaan media digital dalam penerapan Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH).
Penurunan pertumbuhan ekonomi juga terjadi di semua komponen PDRB sisi lapangan usaha. Konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi 0,25% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kinerja triwulan I 2020 sebesar 3,55% (yoy).
Investasi mencatat kontraksi 9,94% (yoy), turun dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya yang juga terkontraksi 1,95% (yoy). Stimulus pemerintah juga belum kuat berpengaruh pada konsumsi pemerintah yang tercatat kontraksi 6,38% (yoy), turun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,77% (yoy). Selain itu, kinerja ekspor juga terkontraksi 41,84% (yoy) akibat pelemahan ekonomi global dan penurunan harga komoditas dunia.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung triwulan II 2020 juga tercermin dari perlambatan kinerja sektor keuangan. Pertumbuhan kredit untuk lokasi proyek di Bangka Belitung terkontraksi sebesar 7,66% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang masih tumbuh positif.
Hal ini utamanya disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan kredit sektor industri pengolahan, pertambangan, perdagangan, dan konstruksi. Kredit sektor pertambangan masih mendominasi penyaluran kredit di Bangka Belitung dengan pangsa mencapai 38,86%. Risiko kredit macet juga mengalami peningkatan yang tercermin dari peningkatan Non Performing Loan (NPL) 18.42%, lebih tinggi dari level aman rasio kredit bermasalah yaitu 5%.
Ditengah penurunan kredit, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami peningkatan sebesar 2.53%(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencerminkan karakter masyarakat yang lebih memprioritaskan menyimpan dana ditengah penurunan kinerja ekonomi saat ini.
Mempertimbangkan realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan II 2020, pertumbuhan ekonomi Babel pada triwulan III 2020 diperkirakan membaik meskipun pada tren yang terbatas sejalan dengan aktivitas ekonomi global dan domestik yang belum kembali normal.
Sektor pertanian diperkirakan masih akan menjadi sektor pendorong perekonomian Bangka Belitung seiring dengan peningkatan harga CPO global, serta permintaan ekspor dan domestik yang tetap terjaga baik.
Secara keseluruhan tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diperkirakan akan lebih lambat dibandingkan tahun 2019 sejalan dengan tekanan stabilitas ekonomi global dan domestik selama penanggulangan pandemi COVID 19.
Dalam menghadapi tantangan perekonomian di tahun 2020 ini, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi antara lain koordinasi terkait optimalisasi penyaluaran Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Tantan Heroika S selaku Perwakilan BI Bangka Belitung mengatakan dalam pesan rilisnya bahwa Bank Indonesia bersama pemerintah daerah juga akan terus mendorong pengembangan UMKM go digital melalui pengembangan kompetensi serta kapabilitas pelaku UMKM dalam pemanfaatan sistem pembayaran non tunai dan pemasaran secara online, serta mendorong pemanfaatan dana desa untuk proyek produktif.
“Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung di tahun 2020 dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada tahun 2021,” tutupnya. (Rls/Red)