Pangkalpinang, Swakarya.Com. Metode pertanian terus berkembang, lahan bukanlah jadi masalah untuk bisa memulai usaha pertanian. Tabulampot atau tanaman buah dalam pot, salah satu teknik pertanian yang bisa dikembangkan di lahan sempit, namun memiliki ekonomis.
Tabulampot ini sudah mulai banyak digandrungi para petani, salah satunya Redy Eko Putra, salah satu petani tabulampot di Kota Pangkalpinang. Redy telah berhasil menanam berbagai jenis buah dengan metode ini.
Usaha tambulapot Redy terbilang sukses, dimulai sejak tahun 2015 silam usahanya terus berkembang. Dengan brand Ready’s Tambulapot, pria ini telah berhasil menanam berbagai jenis buah dalam pot.
Tak mudah memang mengembangkan usahanya, banyak hal yang dialaminya. Bahkan dirinya tak sengaja mendapatkan inspirasi dari para pekerjanya untuk memulai usaha ini.
“Saya pada tahun 1989 merantau ke Jawa Barat dan pulang ke Bangka pada tahun 2004. Pulang itu saya kerja tambang. Dari rekan-rekan saya menemukan inspirasi untuk memulai tabulampot dari mulai teknik perbanyakan bibit, sambungan tanaman dan lain-lain. Saya juga memanfaatkan youtube untuk menambah pengetahuan seputar tabulampot,” cerita Redy.
Usaha tambang yang digelutinya tak bertahan lama, di tahun 2013 usahanya tutup. Lalu dirinya sempat menjadi pengangguran, hal itulah yang membulatkan tekadnya untuk memulai usaha tabulampot.
“Acuannya itu Mekarsari, saat itu lagi booming, tanaman pertama kali itu jambu king rose apple, citra dan lilin. Itupun saya masih mengembangkan dengan ember bekas dan kaleng cat, waktu itu ada sekitar 40-an, dan alhamdullillah berhasil,” katanya.
Setelah itu, Redy juga mengembangkan tanaman toga, bunga-bunga hias. Bahkan ia pernah meraih juara 1 untuk Toga tingkat Kota Pangkalpinang tahun 2015 silam.
Dalam mengembangkan usahanya, Redy mengaku terdapat kesulitan dalam hal modal usaha, namun Ia beruntung ada seorang teman yang membantunya.
“Pada tahun 2015, pada awal buka bisnis ini modalnya bukan lagi dari nol, tetapi minus. Saya berusaha untuk menjalani bisnis ini karena mengingat saya harus menghidupi keluarga. Untungnya ada teman saya yang memberikan support dalam hal bantuan biaya.” kata Redy.
Ketika usahanya mulai berjalan, ia sempat merasa bahwa pendapatannya masih terbilang kurang untuk mencukupi keluarganya sehingga akhirnya ia menambah varian tanaman untuk dijual.
“Awal bisnis itu menjual tanaman dari semua jenis toga, tetapi saya rasa sepertinya kalau hanya menjual jenis tanaman itu pendapatan masih kurang. Akhirnya saya menjual berbagai varian tanaman seperti jeruk, alpukat, durian, dan lain lainnya guna menambah pendapatan,” katanya.
“Saya juga dulu jual kembang-kembang seperti aglonema dan lainnya sekitar 10 tahun lalu. Tapi karena ini hanya tren sesaat saya jadi enggak lagi,” sambungnya.
Dalam usaha tabulampot ini, Redy juga memanfaatkan limbah rumah tangga sebagai pupuk organik.
“Untuk pupuk sendiri, saya membuatnya dengan limbah rumah tangga sehari-hari fungsi serta manfaatnya sama dengan pupuk buatan lainnya,” ujarnya.
Permintaannya terus berkembang, bahkan pembelinya datang dari berbagai daerah di Luar Kota Pangkalpinang. Hal inilah yang menjadi kendala baginya dalam mengantarkan pesenan lantaran tak punya kendaraan.
Semakin banyaknya permintaan untuk pengantaran tabulampot, membuat Ia terus berpikir bagaimana caranya. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi mitra binaan PT Timah Tbk untuk mengembangkan usahanya.
“Dulu itu ada orang yang ingin kita antarkan langsung tabulampotnya kerumah, tetapi karena terbatasnya sarana transportasi sehingga menghambat penjualan, karena enggak ada kendaraan,” ceritanya.
Setelah menjadi mitra binaan PT Timah Tbk, hambatan tersebut dapat dihilangkan serta juga semakin membantu proses pemasaran Ready’s Tabulampot. Kini ia jemput bola menjual tabulampotnya ke tempat-tempat keramaian.
“Dengan menjadi mitra binaan PT Timah Tbk saya beli kendaraan dan peralatan untuk mengembangkan usaha. Usaha saya menjadi terjamin dan tidak was-was karena merasa sudah aman dari sisi permodalan. Sekarang syukurnya dengan modal yang ada bisa lebih memudahkan pemasaran produk. Selain itu juga, sekarang saya sudah bisa keliling berjualan enggak hanya menunggu di rumah,” ujar Redy.
Pada saat ini, pesanan yang datang tidak hanya dari dalam Bangka saja melainkan dari berbagai kota di Indonesia lainnya seperti Jakarta, Lampung, Palembang, dan lain-lain.
Redy menyampaikan, ia melakoni usaha ini juga sebagai upaya untuk mengajak masyarakat untuk menghijaukan Babel dengan tanaman yang menghasilkan.
“Tujuannya menghijaukan Bangka Belitung, saya mau mematahkan anekdot, dak kejak (jangan-red) nanam di Bangka, kalau nanam dak idup (enggak hidup), kalaupun hidup dak bebuah, kalaupun bebuah masam,” ceritanya.
Untuk itulah, menjadi petani tabulampot menjadi cara dia mengkampanyekan, bahwa apapun bisa ditanam dengan kesungguhan dan niat. Ia mengakui, tidak hanya berfokus dalam mencari keuntungan melalui usaha ini tapi juga mencapai visi dapat menghijaukan Bangka Belitung melalui tabulampot.
Dalam menjual tanamannya, Ia juga memberikan treatment kepada para pembeli untuk perawatan tumbuhan. Bahkan dirinya memberikan garansi bagi para pembeli.
“Di sini kalau ada yang beli bibit tanaman dari kita, kita kasih garansi apabila tanaman yang dibeli dalam waktu 3 bulan rusak atau gagal tumbuh akan kita gantikan dengan bibit yang baru,” sebutnya.
Bagi anda yang penasaran untuk melihat Ready’s Tambulapot bisa mendatangi lokasinya di Jalan Rasamala, Tuatunu. Bisa juga melalui akun Facebook Ready’s Tabulampot dan nomor ponsel 081366054222.***