UIII Resmi Dibuka, Ini Kata Jusuf Kalla!

Jakarta, Swakarya.com. Perkuliahan di kampus Univesitas Islam Internasional (UIII) resmi dibuka oleh Rektor UIII, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat pada Senin 21 September 2021 kemarin.

Acara yang digelar di Gedung Teater kampus ini diberi tajuk UIII Academic Convocation, danmenandai hari pertama tahun akademik 2021-2021 dan sekaligus tahun akademik
pertama bagi UIII.

Kampus yang terletak di kawasan Depok, Jawa Barat, ini didirikan dengan tujuan untuk memperkenalkan Islam Indonesia yang moderat dan toleran ke dunia Internasional, serta menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat peradaban Islam Dunia.

Sejumlah 100 mahasiswa dari berbagai negara yang lolos seleksi sebagai penerima
beasiswa UIII mengikuti acara ini secara virtual.

Sementara itu acara di Gedung Teater
kampus dihadiri oleh Ketua Majelis Wali Amanah (MWA) UIII, H. Muhammad Jusuf Kalla, anggota Senat Akademik, Wakil Rektor, Dekan, Ketua Program Studi, Sekretaris Universitas, pejabat pemerintah pusat dan daerah, tokoh masyarakat, dan para tamu
undangan dari kalangan perguruan tinggi serta lembaga-lembaga riset.

Dalam pidato pembukaannya, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat selaku rektor mengatakan bahwa pendidikan dapat mencetak manusia menjadi ilmuwan, pengusaha, industriawan, filsuf, agamawan, politisi, dan ahli hukum.

Namun pendidikan yang sejati ialah memelihara potensi manusia agar tetap menjadi manusia.

“UIII tidak dibangun untuk mencetak tenaga-tenaga ahli demi memenuhi kebutuhan pasar industri modern. UIII
tidak dibangun untuk menyiapkan masa depan yang cerah bagi para mahasiswa. UIII dibangun untuk mendampingi mereka menemukan jati dirinya sebagai manusia,” tegas Rektor UIII tersebut.

Terkait dengan pendirian UIII, Komaruddin menjelaskan bahwa Indonesia adalah bangsa Muslim terbesar di Asia Tenggara, dan bangsa Muslim penganut demokrasi terbesar di dunia. Hal ini menjadi modal bagi bangsa Indonesia untuk memberi kontribusi nyata kepada dunia.

Dunia sekarang, menurutnya, tengah dihantui oleh aneka konflik kekerasan, perang, diskriminasi, dsb. Dunia tengah membutuhkan obat penawar dari rasa sakit dan derita yang tengah dialaminya.

Pendidikan lintas bangsa dan negara yang
dijalankan oleh UIII bertujuan untuk melangkah ke sana.

Hal senada dikemukakan oleh Jusuf Kalla. Menurut Ketua Majelis Wali Amanah UIII tersebut, pendidikan adalah satu-satunya senjata yang dipercaya mampu mengubah
dunia.

Karena itu dalam bidang pendidikan, ujarnya, kita harus mengambil posisi yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah maju.

Kita punya visi yang besar untuk memberi kontribusi pada peradaban dunia, yaitu peradaban yang lebih adil, damai, setara, tanpa diskriminasi.

Kalla menambahkan bahwa kampus UIII dibangun dengan gagasan yang besar untuk menyambut masa depan yang penuh dengan tantangan.

“Gagasan itu sekarang sudah bergulir, dan akan terus kita gulirkan dengan tekad dan semangat yang berkobar-kobar di dalam dada. Orang bijak mengatakan, tidak ada yang lebih kuat daripada gagasan yang waktunya telah tiba,” tegas mantan Wakil Presiden RI (2014-2019) tersebut.

Peran Strategis UIII bagi Dunia
Pada kesempatan yang sama, Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas, menyampaikan orasi ilmiah dalam bahasa Inggris secara online.

Dalam orasi yang berjudul Indonesian
Muslim: The Forces that Remains Silent (Umat Islam Indonesia: Kekuatan yang Masih Membisu), tersebut, Menag Yaqut menyatakan bahwa momen pembukaan kuliah di UIII merupakan titik beranjak yang krusial dan menentukan bagi dunia pendidikan kita.

Pendirian kampus UIII menjadi indikator terjadinya perubahan paradigma dalam pendidikan kita, dan sekaligus perluasan cakrawala kita dalam beragama.

“Dunia pendidikan kita mulai menatap ke luar, wawasan kita mulai berorientasi global. Begitu juga horison keagamaan kita yang tidak lagi terkungkung oleh kepentingan lokal, melainkan mulai memberi perhatian pada dunia luar,” tegas mantan Ketua GP Ansor yang kini akrab disapa Gus Menteri tersebut.

Menyinggung peran Indonesia di dunia, Menag Yaqut mengingatkan bahwa selama ini kita sering mengatakan dengan penuh bangga bahwa Indonesia adalah negara Muslim penganut demokrasi terbesar di dunia.

Tapi apa artinya klaim itu kalau umat Islam tidak mampu memberi kontribusi bagi tegaknya tatanan dunia yang lebih demokratis, adil dan damai.

Umat Islam Indonesia yang dikenal moderat dan toleran, lanjutnya, adalah kekuatan yang masih membisu hingga saat ini. Karena itu Menag mengharapkan agar UIII dapat mengambil peran yang strategis di panggung-panggung internasional.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait