Pangkalpinang, Swakarya.Com. Baru-baru ini Jembatan Bahtera Sriwijaya yang memiliki total panjang jembatan 15 Km di khabarkan telah disepakati berlokasi di Desa Tanjung Tapa Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten OKI Provinsi Sumsel dan Desa Sebagin Kabupaten Bangka Selatan, Jembatan ini menghubungkan pulau Sumatera dan pulau Bangka Rabu, (23/09/2020)
PW Muhammadiyah Bangka Belitung melalui Sekretaris Fadillah Sabri mendukung rencana pembangunan jembatan Bahtera Sriwijaya, jika di nilai memiliki dampak positif dalam mensejahterakan masyarakat yang ada di pulau bangka pada berbagai aspek.
“Dalam pembangunan diketahui akan memiliki dampak positif dan negatif serta pro-kontra di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, diharapkan kepada pemerintah daerah agar melaksanakan studi kelayakan yang benar – benar dapat dipertanggung jawabkan secara teknis dan non teknis,” ujar Fadillah Sabri
Fadillah juga berharap agar aspek sosial juga di perhatikan, mengingat pentingnya sosialisasi oleh pemerintah terkait agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.
“Diharapkan Gubernur Babel dan DPR Babel melakukan sosialisasi secara masif kepada masyarakat terkait tujuan dari pembangunan jembatan tersebut, sehingga masyarakat mengetahui tujuan dari pembangunan jembatan tersebut, serta upaya menghindari pro dan kontra yang akan terjadi di tengah masyarakat terkait tujuan pembangunan jembatan tersebut,” sambung Fadillah Sabri
Namun, Fadillah menyoroti wacana pembanguan Jembatan Bahtera Sriwijaya hanya dalam kurun waktu dua tahun, dia sampaikan bahwa selama ini belum pernah di sosialisasikan secara masif kepada masyakarat.
“Hingga saat ini, pemerintah belum pernah terlihat melakukan sosialisasikan terkait kajian teknis dan non teknis serta tujuan dari pembangunan jembatan Bahtera Sriwijaya kepada masyarakat Bangka dan di dunia akademik.” tambah Fadillah Sabri
Dijelaskannya, tentu masyarakat di pulau Bangka merupakan masyarakat yang akan terkena dampak langsung dari pembangunan jembatan tersebut.
Oleh sebab itu, diharapkan pemerintah daerah melibatkan mahasiwa sebagau entitas intelektual dalam melakukan diskusi dalam pembangunan jembataan tersebut, serta jangan hanya melakukan diskusi dengan para konsultan pembangunan jembatan Bahtera.
Hingga saat ini ia membeberkan bahwa Organisasi Masyarakat (Ormas) dan kalangan akademisi di Bangka Belitung belum pernah dilibatkan dalam membahas pembangunan jembatan tersebut.
“Focus Group Discussion (FGD) dengan keterlibatan pihak yang berkompeten harus dilaksanakan, sehingga akhirnya pada suatu kesimpulan bahwa jembatan tersebut memang harus dibangun. Diharapkan pemerintah melakukan diskusi publik yang menghadiri Ormas, kalangan akademisi baik dari kampus maupun masyarakat, pemerintah daerah serta Konsultan pembangunan terkait teknis dan non-teknis dalam hal pembangunan jembatan Bahtera Sriwijaya,” tutup Fadillah.