Penulis: Dhimas Rivaldi Pratama, Mahasiswa Ilmu Kelautan/Ketua Cabang Maritim Muda Nusantara Kabupaten Bangka Selatan
Swakarya.Com. Kita ketahui bersama bahwa polusi adalah masalah serius yang dapat memengaruhi kesehatan manusia. Salah satu bentuk pencemaran lingkungan atau polusi tersebut adalah adanya limbah minyak di laut yang diakibatkn oleh pengambilan SDA yang menggunakan teknologi modern yang limbahnya langsung dibuang ke laut ataupun hasil dari alam itu sendiri. Sebagai salah satu solusi teknologi, bioremediasi merupakan pendekatan penting untuk pembersihan lingkungan.
Bioremediasi sendiri merupakan porses pembersihan lingkungan yang telah terkontaminasi oleh polutan kimia dengan menggunakan organisme hidup untuk mendegradasi materi yang berbahaya untuk mengurangi kadar toksiknya. Secara ilmiah Bioremediasi berasal dari kata bio dan remediasi.
Bio berarti kehidupan, sedangkan remediasi berarti tindakan atau proses penyembuhan. Sehingga Bioremediasi adalah teknologi yang mampu memecahkan berbagai masalah lingkungan termasuk tumpahan minyak dilaut dengan bantuan mikroorganisme.
Salah satu tujuan bioremediasi yaitu mengubah polutan menjadi metabolit yang tidak berbahaya atau memecah polutan menjadi karbon dioksida dan airsehingga bisa terurai dan dapat mengurangi cemaran.
Wilayah pesisir dan laut indonesia juga sangat rentan terhadap ancaman pencemaran baik yang berasal dari aktivitas domestik manusia, industri, pertambangan laut, tumpahan minyak maupun aktivitas lainnya.
Pencemaran dilingkungan laut ke dalam lingkungan laut dapat mengakibatkan dampak buruk sedemikian rupa bagi kerusakan ekosistem laut sehngga berbahaya bagi kesehatan manusia serta gangguan terhadap kegiataan di laut termasuk penangkapan ikan.
Hal ini tentunya akan menimbulkan dampak negatif secara langsung kepada ekosistem, habitat, biota laut dan penurunan kualitas lingkungan pesisir. Ancaman pencemaran tersebut apabila tidak ditangani secara tepat dapat mengakibatkan semakin meluasnya dampak negatif terhadap manusia dan biota.
Sehingga diperlunya solusi yang seperti Bioremediasi dalam upaya pemulihan lingkungan laut yang tercemar akibat adanya limbah minyak. Bioremediasi sendiri proses penguraian limbah organik maupun anorganik polutan dari sampah dengan menggunakan organisme (bakteri, jamur, tumbuhan, atau enzimnya) dalam mengendalikan pencemaran pada kondisi terkontrol untuk mereduksi pencemar dari lingkungan
Adapun beberapa jenis organisme yang bahan makanannya berupa minyak untuk bertahan hidup dan tertarik kepada minyak. Setidaknya ada tujuh spesies bakteri laut yang dapat bertahan hidup dengan memakan minyak dan tidak ada yang lain.
Namun, biasanya hanya sejumlah kecil bakteri pemakan minyak yang hidup di bagian tertentu lautan, dan dibutuhkan beberapa hari agar populasi mereka meningkat untuk memanfaatkan sumber makanan baru mereka yang melimpah selama tumpahan minyak Ada spesies bakteri laut di beberapa keluarga, termasuk Marinobacter, Oceanospiralles, Pseudomonas, dan Alkanivorax, yang dapat memakan senyawa dari minyak bumi sebagai bagian dari makanan mereka.
Faktanya, organisme ini memiliki peranan penting ketika pada lingkungan tertentu terdapat pencemaran akibat dari limbah minyak sehingga menjadi solusi pemulihan untuk dijadikan sebagai indikator untuk bisa memperbaiki ata memulihkan lingkungan tersebut dari pencemaran.
Apa yang Membangkitkan Nafsu Makan minyak Mereka?
Komunitas bakteri pemakan minyak secara alami hadir di seluruh lautan dunia, di tempat yang berbeda , Bakteri ini adalah cara alami untuk menghilangkan minyak yang berakhir di lautan, baik minyak itu ada karena tumpahan minyak atau rembesan minyak alami.
Setiap komunitas bakteri secara khusus beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya, dan penelitian telah menemukan bahwa bakteri mengkonsumsi minyak paling cepat ketika mereka disimpan dalam kondisi yang mirip dengan lingkungan alami mereka.
Faktor lain yang mempengaruhi seberapa cepat bakteri mendegradasi minyak termasuk jumlah oksigen dan nutrisi dalam air, suhu air, luas permukaan minyak, dan jenis minyak yang mereka makan.
Itu berarti bakteri yang hidup di daerah tertentu akan mengkonsumsi minyak dari tumpahan di musim panas lebih cepat dari pada tumpahan di musim dingin, dan akan memakan produk minyak ringan seperti bensin atau solar jauh lebih cepat dari pada produk minyak berat seperti bahan bakar minyak. atau minyak mentah berat. Aspal, komponen minyak mentah yang paling berat, sebenarnya sangat sulit untuk dimakan bakteri sehingga kita dapat menggunakannya untuk mengaspal jalan tanpa khawatir jalan akan lapuk.
Bagaimana Selama Tumpahan Minyak?
Orang sering tertarik pada kemungkinan menggunakan bakteri untuk membantu membersihkan tumpahan minyak, dan sebagian besar minyak yang tersisa di laut cukup lama dikonsumsi oleh bakteri.
Namun, sebagian besar tumpahan minyak hanya berlangsung beberapa hari, dan selama waktu itu proses “pelapukan” alami lainnya, seperti penguapan dan pecahnya minyak akibat gelombang, memiliki efek yang jauh lebih besar pada penampilan dan lokasi minyak daripada bakteri.
Ini karena biasanya hanya ada sejumlah kecil bakteri pemakan minyak di bagian tertentu lautan, dan dibutuhkan beberapa hari agar populasi mereka meningkat untuk memanfaatkan sumber makanan baru mereka yang melimpah.
Intinya bakteri pendegradasi minyak ini dengan menghasilkan enzim yg dpt menguraikan senyawa minyak seperti alkane monooksigenase yang mampu mendegradasi senyawa PAH (polisiklik aromatik hidrokarbon) dan menghasilkan biosurfaktan yang berfungsi sebagai emulsifier sehingga memudahkan untuk memecah molekul minyak.
Penelitian ini diharapkan mampu mengatasi cemaran minyak dilaut Indonesia sehingga kerusakan ekosistem laut yang terjadi dapat ditanggulangi sekaligus akan menyelamatkan mata pencarian masyarakat pesisir pantai seperti nelayan
Tumpahan minyak bumi di lingkungan laut akan berdampak buruk bagi biota yang ada di dalamnya. Mitigasi tumpahan minyak yang aman, efisien, relatif murah dan mudah penerapannya adalah degradasi tumpahan minyak secara biologi dengan menggunakan mikroorganisme atau dikenal bioremediasi.
Namun, tegangan permukaan minyak bumi dapat menghambat proses bioremediasi. Surfaktan memiliki kemampuan untuk meningkatkan bioavalibilitas minyak bumi sehingga memudahkan bakteri kontak dengan karbon sebagai sumber makanannya. Dengan demikian dapat disimpulkan salah satu cara mengatasi pencemaran lingkungan laut akibat limbah minyak adalah dengan menggunkan Bioremediasi.***