Oleh: Akmal Haidar, Anggun Suri, Juliana, & Rizky Kusnadi (Mahasiswa Institut Citra Internasional)
Keperawatan kritis telah menjadi tonggak penting dalam sistem kesehatan Indonesia, berperan vital dalam penanganan pasien dengan kondisi yang mengancam jiwa. Seiring dengan perkembangan teknologi medis dan meningkatnya kompleksitas penyakit, bidang ini terus mengalami evolusi yang signifikan, membawa tantangan sekaligus peluang bagi praktisi kesehatan di tanah air.
Revolusi digital dalam dunia kesehatan telah membawa perubahan besar dalam praktik keperawatan kritis. Implementasi Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) di unit perawatan intensif mulai menunjukkan hasil yang menjanjikan. Penelitian terbaru oleh Suresh et al. (2024) mendemonstrasikan bahwa penggunaan sistem pemantauan pasien berbasis AI dapat meningkatkan akurasi deteksi kondisi kritis.
Namun, adopsi teknologi canggih ini juga membawa tantangan tersendiri. Anggraeni & Ismail, (2018) dalam studinya hanya sedikit perawat yang merasa kompeten dalam mengoperasikan peralatan medis terbaru, yang menunjukkan urgensi peningkatan program pelatihan berkelanjutan bagi tenaga keperawatan kritis.
Pendekatan kolaboratif dalam perawatan kritis semakin mendapat pengakuan sebagai faktor kunci dalam meningkatkan outcome pasien. Riset yang dilakukan oleh Permanasari & Oktamianti, (2022) menunjukkan bahwa implementasi model kolaborasi interprofesional yang melibatkan perawat, dokter, ahli gizi, dan fisioterapis dapat menurunkan angka mortalitas pasien kritis.
Menghadapi tantangan kompleksitas perawatan modern, inovasi dalam pendidikan keperawatan kritis menjadi sangat krusial. Program simulasi berbasis virtual reality telah menunjukkan efektivitas dalam meningkatkan keterampilan mahasiswa keperawatan dalam menangani situasi kritis. Metode pembelajaran ini berhasil meningkatkan tingkat kesiapan mahasiswa dalam menghadapi skenario kritis hingga 65% dibandingkan metode konvensional (Ike & Lestari, 2019).
Lebih jauh, inisiatif kolaborasi antara akademisi dan praktisi seperti yang dilakukan (Pandian et al., 2024) dalam mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi untuk keperawatan kritis telah menjadi model yang diadopsi secara nasional, menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik. Meskipun terjadi peningkatan minat terhadap spesialisasi keperawatan kritis, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam pemenuhan kebutuhan tenaga terampil. Laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan RI (2023) menunjukkan bahwa rasio perawat kritis terhadap tempat tidur ICU masih berada di angka 1:3, jauh dari standar ideal 1:1 yang direkomendasikan oleh World Health Organization.
Untuk mengatasi kesenjangan ini, beberapa inisiatif telah diluncurkan. Program beasiswa khusus untuk spesialisasi keperawatan kritis yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bekerjasama dengan rumah sakit swasta terkemuka merupakan langkah strategis dalam meningkatkan jumlah tenaga terampil di bidang ini. Program Profesi Ners di Universitas Muhammadiyah Gresik, yang merupakan program lanjutan setelah lulus program akademik Sarjana Keperawatan, bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa dalam memperoleh pengalaman nyata untuk mencapai kemampuan profesional yang mencangkup kemampuan intelektual, interpersonal, dan skill dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada klien, termasuk keperawatan kritis.
Program Studi Magister Keperawatan di Universitas Gadjah Mada, yang telah terakreditasi A, menawarkan minat keperawatan kritis dan lainnya, serta memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan program exchange ke berbagai negara dan mengikuti program double degree dengan universitas lain
Keperawatan kritis di Indonesia berada pada titik transformasi yang menentukan. Dengan kombinasi antara adopsi teknologi canggih, penguatan kolaborasi interprofesional, inovasi pendidikan, dan strategi pengembangan sumber daya manusia yang tepat, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pionir dalam keperawatan kritis di tingkat regional.
Tantangan yang ada harus dipandang sebagai peluang untuk pertumbuhan dan inovasi. Diperlukan komitmen bersama dari seluruh pemangku kepentingan pemerintah, institusi pendidikan, praktisi kesehatan, dan masyarakat untuk mengoptimalkan potensi bidang ini. Dengan demikian, keperawatan kritis Indonesia dapat berkembang menjadi model perawatan yang holistik, efektif, dan berpusat pada pasien, membawa dampak signifikan pada peningkatan kualitas layanan kesehatan nasional.
Referensi
Anggraeni, L., & Ismail, S. (2018). Pengalaman Perawat tentang caring berbasis teknologi pada pasien kritis di intensive care unit. Jurnal Perawat Indonesia, 2(2), 70-77.
Ike Puspitaningrum, R. S. E. P., & Lestari, K. P. (2019). Peningkatan kompetensi mahasiswa keperawatan melalui strategi pembelajaran berbasis virtual reality. Jurnal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan, 2(2), 67-73.
Pandian, V., Rahimi-Bashar, F., Gohari-Moghadam, K., Senol Celik, S., Ait Hssain, A., & Vahedian-Azimi, A. (2024). Impact of Evidence-Based Standardized Training on Competencies in Critical Care Nurses: A Quasi-Experimental Study Series Protocol on the Behalf of International Developing Standardized Learning Curve Team. Intensive Care Research, 4(1), 72-79.
Permanasari, I., & Oktamianti, P. (2022). Level of Interprofessional Collaboration in Hospital Intensive Care Unit (ICU). Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(9), 15037-15051.
Suresh, V., Singh, K. K., Vaish, E., Gurjar, M., Nambi, A. A., Khulbe, Y., & Muzaffar, S. (2024). Artificial Intelligence in the Intensive Care Unit: Current Evidence on an Inevitable Future Tool. Cureus, 16(5).
https://layanandata.kemkes.go.id/katalog-data/ski/ketersediaan-data/ski-2023