Prof. Dr. M. Kana Sutrisna Suryadilaga: Orang-orang yang Memiliki ‘Vuca’ yang Siap Hadapi Era New Normal

*Pemilu yang dilakukan di Indonesia saat ini harus dilakukan perubahan

Swakarya.Com. Covid-19 datang memporakporandakan tatanan kehidupan di seluruh dunia. Bahkan negeri yang begitu banyak dijadikan ‘kiblat’ bagi dunia yang selalu menggaungkan masalah HAM, yaitu Amerika, di tengah kondisi wabah Covid-19 yang sedang berlangsung, negara ini justru terjadi kerusuhan massal yang bersifat rasisme karena masalah perbedaan warna kulit.

Dunia saat ini pun telah kembali masuk dunia vuca yang pertama kali dikenal di dunia militer. Bahkan Amerika pernah dibuat kalang kabut ketika melakukan sebuah pertempuran yang dikenal dengan “perang kabut”, bertempur dengan musuh yang tidak jelas, karena dilihat hanya kabut.

Demikian yang dipaparkan oleh Prof. Dr. M. Kana Sutrisna Suryadilaga, Peraih Rekor Muri training leadership dengan peserta terbanyak di Indonesia yaitu 18 ribu dalam waktu 2 hari berturut-turut saat mengisi materi bertajuk “Bahagia Tetap Produktif Berkarya dan Sukses di Tengah Masalah (Covid-19)” pada Rapat Konsolidasi Nasional Penegakan Hukum Pemilu Menuju Era New Normal yang digelar oleh Bawaslu RI, Rabu (03/06/2020) kemarin.

Vuca kemudian lahir kembali dalam bentuk yang namanya wabah virus. Vuca kepanjangan dari:

  1. V adalah Volatility, yakni perubahan yang begitu cepat dalam skala yang begitu besar.
    “Dan ini terjadi saat ini. Perubahan yang tidak pernah terprediksi oleh kita, yang tiba-tiba memporakporandakan tatanan kehidupan kita yang sebelumnya sudah ditata dengan sangat rapi, tapi kemudian luluh lantah dengan datangnya virus,” ujarnya.
  2. U, kepanjangan dari Uncertainty, yakni ketidakpastian.
    “Tidak ada kepastian bagaimana cara menyelesaikannya, tidak ada kepastian kapan wabah ini akan berakhir. Kita tidak tahu, kita dibuat bingung, dibuat pusing karena keruwetan yang terjadi saat ini.

Sampai kemudian ada orang yang memberikan steatment, ‘oh kalau begitu kita harus mempersiapkan, kita tidak boleh diam’, kemudian keluar steatment yang namanya new normal saat ini. Walaupun saya masih belum sepakat dengan namanya new normal saat ini diberlakukan, karena apa? Karena new normal sejatinya ketika Covid-19 sudah mulai turun, padahal saat ini masih tinggi jumlah yang positif. Kita dihadapkan dengan ketidakpastian dengan virus ini,” jelasnya.

  1. C, yaitu Complexity
    “Maksudnya di tengah ketidakpastian, di tengah perubahan yang begitu cepat dengan skala yang besar, banyak orang yang memberikan steatment dengan sudut pandang permasalahan, namun permasalahan ini datang secara bersamaan sehingga di media sosial kita disuguhkan dengan berita hoaks, berita-berita provokatif, berita-berita yang ingin membuat NKRI ini menjadi pecah,” katanya.
  2. A, Ambiguity
    “Selain tidak ada kepastian, tidak ada kejelasan dengan kondisi saat ini. Teman-teman di Bawaslu dihadapkan dengan Pengawasan Pemilu yang tentu menjadi sesuatu yang berbeda karena dalam kondisi Covid-19 yang masih terus berlangsung,” ujarnya.

Orang-orang yang memiliki ‘Vuca’ lah katanya yang akan siap menghadapi era new normal. “Karenanya Vuca, harus dilawan dengan ‘Vuca’ yakni:

  1. V, Vision
    Kita harus punya vision, sesuatu yang harus diwujudkan di masa depan. Menjadi legesi bagi kita, bahwa anda melakukan pengawasan pemilihan tahun 2020, anda harus memiliki visi bahwa pemilihan ini adalah pemilihan yang jurdil.
  2. U, Understanding
    Anda harus understanding dalam melawan vuca, terkait wabah ini anda harus memiliki pemahaman yang baik terhadap perubahan yang terjadi saat ini, karena suka tidak suka, menerima atau tidak, anda akan hancur kalau tidak mengikuti perubahan. Karena dalam perubahan ini anda harus pahami secara baik dan benar.
  3. C, Clarity
    Kemampuan melihat masa depan yang jelas, dan yakin sesuatu yang dilihat itu tidak mampu dilihat oleh orang lain, bagaimana caranya? Anda harus merenung.
  4. A, Agility atau kelincahan
    Bagi orang-orang yang memiliki vision, understanding, clarity, agility, ia tetap lincah untuk melakukan pengawasan pemilu walaupun di tengah kondisi keterbatasan kita tidak bisa secara langsung secara fisik. Maka mau tidak mau, Pemilu yang dilakukan di Indonesia saat ini, memang harus dilakukan perubahan.

Oleh sebab itulah, maka orang-orang yang memiliki ‘Vuca’ yang siap menghadapi dunia baru (new normal), yang dipersiapkan oleh dunia termasuk di Indonesia,” imbuhnya.

Masalah Menjadi Penyebab Orang Tidak Bahagia, Tidak Sukses, dan Tidak Produktif
“Dan sekarang bagaimana caranya agar masalah menjadi penyebab orang bahagia, sukses, dan tetap produktif? Bagaimana kalau sebaliknya dengan bahagia, seseorang bisa menyelesaikan masalahnya, bisa sukses, dan tetap produktif.

Mana yang terlebih dahulu, sukses dulu kemudian anda bahagia, atau bahagia kemudian anda sukses? Yang harus dikondisikan agar menjadi orang yang produktif, sukses, adalah dengan mental bahagia.

Sama halnya kita mencari kebahagiaan, dengan tidak menikmati atau mensyukuri apa yang kita miliki saat ini, kita tak akan pernah merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan itu ada dalam hati, dengan kesyukuran kita atas apa yang kita miliki saat ini,” ujarnya.

Spritualitas Kunci Kebahagiaan
“Jika anda ingin menjadi orang yang bahagia sahabat-sahabatku, maka berikanlah pengawasan yang terbaik sehingga negeri ini dipimpin oleh orang-orang yang hebat, orang-orang yang amanah.

Maka dari itu, secara Intelektualitas anda harus cerdas, secara emosional anda harus mampu mengendalikan perasaan, dan juga secara spritualitas anda juga jangan melupakan Tuhan karena ketika masalah menghampiri kita maka bahagiakan diri kita dengan spritual happiness, dengan mengatakan ‘walaupun masalah besar, aku masih punya Tuhan Yang Maha Besar’,” pungkasnya.

Penulis: Hun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait