Belinyu, Swakarya.Com. Dalam acara Seminar Publik ‘Kawasan Heritage Belinyu dalam Perspektif dan Pengembangan’ yang diselenggarakan oleh PT Timah Tbk, menyedot perhatian lapisan masyarakat terkait rencana pembangunan kawasan heritage di komplek Timah Belinyu, yang berlangsung di Krida Stannia, Kamis (7/11/2019) kemarin.
Pembahasan dalam forum ini juga menghasilkan beberapa masukan terkait pengembangan kawasan Heritage yang di dalamnya akan turut dibangun Museum Timah Indonesia ‘The Legend’.
Kegiatan yang mengupas tentang pengembangan kawasan Heritage Belinyu dari berbagai sudut pandang, dari sisi warisan budaya, arsitektur, dan urban landscape, legenda sejarah Belinyu, hingga muatan yang akan ditampilkan dalam museum, serta revitalisasi aset yang akan dijadikan Kawasan Heritage Belinyu.
Diskusi yang digelar dalam empat sesi ini menghadirkan lima narasumber yakni, Prof. Dr. Bambang Poerwanto yang membahas tentang perkembangan permuseuman, Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, ST., M.Sc., Prof. Dr. Bustami Rahman, M.Sc, Drs. Akhmad Elvian dan Tengku Sayyid Deqy, perwakilan dari Bappeda Bangka, Yoza yang turut dimoderatori Ahmadi Sofyan berlangsung dengan interaktif.
Langkah Awal untuk Mengoptimalkan Aset PT Timah
Direktur SDM PT Timah Tbk, Muhammad Rizki yang turut hadir dalam pembukaan seminar mengatakan, seminar ini menjadi langkah awal dan bersama untuk mengoptimalkan aset PT Timah yang akan dikembangkan menjadi kawasan Heritage.
Rizki menyebutkan, PT Timah melakukan berbagai inisiasi untuk kemajuan daerah, salah satunya dengan kawasan Heritage yang nantinya diharapkan bisa dimanfaatkan masyarakat untuk sarana edukasi, destinasi wisata dan entertain baik bagi masyarakat lokal maupun wisatawan.
“Beberapa aset kita dedikasikan untuk pendidikan, pariwisata, ini tanggungjawab sosial PT Timah untuk membangun peradaban dan pendidikan. Aset yang akan dijadikan kawasan Heritage dan Museum Timah Indonesia ‘ The Legend’ akan kita revitalisasi sesuai dengan hasil kajian secara historical sehingga nilai sejarahnya tidak hilang,” kata Rizki.
Ia pun berharap langkah yang dilakukan hari ini turut didukung seluruh stakeholders, peran masyarakat, dan sinergi dari pemerintah daerah, karena hal itu sangat diperlukan untuk pegembangan kawasan ini.
“Orang datang ke sini kan tidak hanya datang, tapi minum juga makan dan belanja, ini biar ada ekonomi penggerak lainnya, untuk itu perlu sinergitas stakeholder,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Staf Ahli Bidang Perekonomian Kabupaten Bangka, Safarudin mengapresiasi langkah PT Timah yang turut mengembangkan destinasi wisata yang sejalan dengan program pemerintah.
“Untuk mengelola pariwisata Heritage harus bisa mengadopsi kearifan lokal, pemerintah menyampaikan apresiasinya kepada PT Timah yang telah memberikan kontribusi untuk pengembangan pariwisata dan pendidikan bagi masyarakat,” ujarnya.
Para narasumber yang hadir turut menyampaikan gagasannya terkait pengembangan kawasan Heritage Belinyu dan Museum.
Belinyu Simbol Kebudayaan Bangka
“Belinyu adalah simbol kebudayaan Bangka yang inklusif di Indonesia dan simpul peradaban,” papar Prof Bambang di sesi penutupan.
Belinyu Menyimpan Banyak Sejarah
Kemudian disambut dengan pandangan Prof. Kemas yang terkesan dengan Belinyu karena diibaratkan pusaka Bangka yang sedang redup dan akan dihidupkan kembali.
Sedangkan bagi Prof. Bustami Rahman yang memang kelahiran Belinyu, Belinyu adalah dirinya, karena dirinya yang menyimpan banyak sejarah tidak hanya pertimahan tetapi juga Bangka.
Belinyu Harus Memperjuangkan Statusnya Menjadi Kabupaten Bangka Utara
Dalam paparannya, Sejarawan Babel, Akhmad Elvian mengatakan, mendukung penuh bahwa Belinyu harus memperjuangkan statusnya menjadi Kabupaten Bangka Utara.
Kota Belinyu, Kota yang Visioner
Selanjutnya, Tengku Sayyid Deqy selaku penulis buku sejarah ini mengatakan bahwa Kota Belinyu merupakan kota yang visioner.
“Belinyu memiliki Sejarah dan kebudayaan yang luar biasa ini tenggelam Belinyu menjadi kota yang visioner,” kata Tengku Sayyid Deqy. (Rilis/Humas)
Editor : Tahir