Penulis: Tiara Ramadhani, M.Kesos., Dosen Sosiologi Fisip UBB
Swakarya.Com. Dunia saat ini sedang diguncang oleh wabah covid-19. Hampir seluruh dunia merasakan dampaknya, tidak hanya sektor ekonomi, politik, sosial, tetapi juga sektor pendidikan.
Sektor ekonomi mungkin mengalami penurunan dan anjlok akibat covid-19, sektor politik mungkin menjadi sektor yang kurang berdampak, sektor sosial akan mengalami perubahan, mulai dari cara berinteraksi dan bersosialisasi, sedangkan sektor pendidikan, menjadi sektor yang paling merasakan dampaknya salah satunya adalah diberlakukannya metode pembelajaran jarak jauh.
Beralihnya metode pembelajaran yang sebelumnya dilakukan dengan tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh atau dikenal dengan istilah daring, pada hakekatnya bukan menjadi masalah bagi dunia pendidikan.
Karena di beberapa kampus di Indonesia sudah memberlakukan pembelajaran jarak jauh sebelum wabah covid-19 menyerang.
Tetapi bagi sebagian kampus yang baru memberlakukan pembelajaran jarak jauh tentu saja menjadi tantangan. Karena banyak hal yang harus dipersiapkan, diantaranya kesiapan para mahasiswa, kesiapan tenaga pendidik, dan yang tidak kalah penting adalah kesiapan akses internet baik para mahasiswa maupun tenaga pendidik.
Merebaknya wabah Covid-19 di Indonesia akhirnya membuat Pemerintah mengeluarkan kebijakan bagi sektor pendidikan dimulai dari tingkat Paud, SD, SMP, SMA hingga jenjang perkuliahan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar jarak jauh (PBJJ).
Baik tenaga pengajar yang dalam hal ini adalah guru/dosen maupun siswa/mahasiswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring (online).
Kegiatan pembelajaran jarak jauh saat ini banyak dilakukan dengan berbagai platform yang sudah tersedia seperti google classroom, whatsapp group, zoom, hangout, skype dan lain sebagainya yang bisa dengan bebas diakses oleh masyarakat luas.
Kebijakan pembelajaran jarak jauh tersebut ternyata tidak hanya menuntut siswa/mahasiswa untuk mencari tahu bagaimana penggunaan berbagai aplikasi tersebut, melainkan menuntut para orangtua juga untuk bisa menggunakan aplikasi tersebut.
Dalam hal ini peran orangtua dituntut untuk bisa memberikan pendampingan kepada anak-anaknya untuk bijak ketika sedang proses pembelajaran jarak jauh.
Hal-hal diatas ternyata hanya segelintir masalah yang dihadapi ketika pembelajaran jarak jauh. Karena ada hal yang tidak kalah lebih penting yaitu esensi atau makna dari pendidikan itu sendiri.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara,
“Semua tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru”
Ki Hajar Dewantara
Artinya mau dimanapun tempatnya, selama tujuan dan niat kita adalah nenuntut ilmu dan belajar, semua tempat yang kita gunakan adalah sekolah.
Begitu juga dengan mau siapapun yang mengajari kita, siapapun yang memberi kita ilmu dan pembelajaran, itu adalah guru bagi kita.
Berbicara mengenai pembelajaran jarak jauh jika mengutip dari Permendikbud No.109/2013 adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui pengunaan berbagai media komunikasi.
Jika dilihat dari definisi diatas maka, dapat dikatakan bahwa esensi dari pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran/penyampaian materi yang diberikan oleh guru/dosen kepada siswa/mahasiswa dengan menggunakan bantuan teknologi seperti internet.
Berkaca dari definisi tersebut, pada hakikatnya adalah seharusnya PBJJ tidaklah sulit dan menyiksa siswa/mahasiswa karena kenyataannya sudah dari dulu dilaksanakan dalam dunia pendidikan.
Hanya saja sekarang semakin popular dikarenakan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.
Sehingga bagi sebagian masyarakat masih awam dalam istilah pembelajaran jarak jauh dan sebagian masyarakat merasa terkejut dengan sistem pembelajaran jarak jauh ini, terlebih orangtua yang tidak terbiasa dengan gadget dan internet.
Kebijakan pembelajaran jarak jauh saat ini mengharapkan siswa/mahasiswa bisa mandiri dan proaktif dalam mencari materi pembelajaran.
Jika selama ini mengandalkan guru/dosen dalam memberikan materi, sekarang dituntut untuk lebih proaktif dalam mencari dan mengakses materi. Dan yang terpenting adalah bagaimana saat ini siswa/mahasiswa lebih bijak dalam menggunakan gadget mereka untuk hal-hal yang bermanfaat dan berbau positif.
Sehingga mereka menggunakan gadget tidak hanya untuk media sosial, berfoto dan sebagainya, tetapi memanfaatkan gadget tersebut untuk kepentingan belajar dimanapun dan kapanpun.
Karena dengan sistem pembelajaran jarak jauh ini, belajar bisa dilakukan dengan fleksibel, tidak harus menuntut harus standby di satu lokasi.
Permasalahan sekarang adalah mengapa banyak siswa/mahasiswa serta orangtua mempermasalahkan sistem pembelajaran jarak jauh? Apakah salah dengan model pembelajarannya yang dirasakan tidak efektif, proses pembelajaran digantikan dengan tugas atau muncul rasa kebosenan bagi siswa/mahasiswa karena aktivitas tersebut dilakukan secara berulang-ulang.
Apabila dikaji secara teoritis, jika mengacu pada Permendikbud dan berkaca pada era revolusi industry 4.0 menuju 5.0, maka bukan lagi menjadi hal yang menakutkan jika diterapkan sistem pembelajaran jarak jauh.
Yang harus menjadi perhatian bersama saat ini adalah bagaimana caranya agar dengan sistem pembelajaran jarak jauh ini tidak menjadi beban/menyiksa siswa/mahasiswa, melainkan menjadikan mereka lebih mandiri.
Sehingga disini dituntut peran para guru/dosen dan orangtua untuk senantiasa mengawasi, mengontrol dan membimbing serta mendampingi para siswa/mahasiswa dalam masa pembelajaran jarak jauh agar esensi dari sistem belajar mengajar tidak berubah, sehingga tujuan dari pendidikan dapat tercapai.
Tulisan ini saya dedikasikan untuk semua anak-anak di jenjang PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan Universitas, bahwasanya jangan pernah berhenti untuk belajar dan mengejar cita-cita sekalipun dengan kondisi Covid-19. Apapun medianya, siapapun orang yang memberikan ilmu, itu semua adalah pendidikan.