Penulis: Azzahra Feria Afifah, Mahasiswa Sosiologi Universitas Bangka Belitung
Swakarya.Com. Awal mula munculnya gerakan sosial dimulai pada dekade 60-an dan terus berkembang hingga abad ke-21 saat ini. Munculnya gerakan sosial tidak lepas dari semakin beragamnya pelaku gerakan sosial seperti mahasiswa, kalangan profesional dan perempuan dengan isu-isu yang ingin dicapai adalah Hak Asasi Manusia (HAM), demokratisasi, ketidakadilan ataupun lingkungan hidup.
Dalam pengertiannya, gerakan sosial adalah suatu gerakan perlawanan yang teroraganisir yang tujuannya untuk membahas tentang suatu isu atau wacana yang berkaitan dengan perubahan sosial. Menurut Locher, gerakan sosial dapat dilihat dari tiga aspek yang ada, yakni aspek pengorganisasian (organized), aspek pertimbangan (deliberate) dan yang ketiga aspek daya tahan (enduring).
Pertama, dalam aspek pengorganisasian, gerakan sosial diorganisir dengan baik, seperti terdapatnya pemimpin, pembagian tugas, dan strategi yang dirancangan dengan sangat hati-hati. Kedua, dalam aspek pertimbangan. Gerakan sosial terjadi atas dasar adanya pertimbangan dan melakukan publisitas serta berupaya untuk mencari dukungan dari banyak orang.
Keterlibatan antarpartisipan juga terjadi atas dasar kesadaran masing-masing dan dorongan keanggotaan. Ketiga, aspek daya tahan, dalam gerakan sosial umumnya bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama untuk beberapa tahun atau dekade.
Gerakan sosial ini sendiri dapat berupa gerakan keagamaan, gerakan perempuan, gerakan pendidikan, gerakan lingkungan ataupu gerakan kewirausahaan sosial. Di Bangka Belitung saat ini sudah banyak gerakan-gerakan baik gerakan lingkungan, pendidikan atau lainnya, salah satunya adalah gerakan pendidikan yang diinisiasi oleh komunitas yang bernama HOPE Education Babel.
Komunitas HOPE Education Babel ini didirikan pada tahun 2016 oleh salah seorang guru honorer di MTS 1 Pangkalpinang pada saat itu dan dilatarbelakangi karena merasa resah dengan sistem MOS (Masa Orientasi Siswa) dimana adanya senioritas, perpeloncoan dan tidak ada inovatif dalam MOS tersebut. Gerakan ini mulanya merupakan sebuah project yang dinamakan HOPE project namun pada akhirnya gerakan ini mulai merekrut anggota-anggota baru melalui media sosial dan dinamakan HOPE Education Babel.
Seiring berjalannya waktu dan relawan yang berkompeten, fokus gerakan ini tidak hanya melakukan gerakannya pada sekolah-sekolah saja tetapi juga bekerja sama dengan komunitas lainnya namun tetap pada konsep awal gerakan ini yaitu pendidikan. Dalam tahun pertama terbentuknya gerakan ini dilakukan oleh para relawan- relawan dalam HOPE project namun akhirnya dilakukan oleh para anggota yang direkrut dengan bentuk kepengurusan.
Memulai gerakannya di sekolah-sekolah, kini HOPE Education Babel juga bekerja sama dengan organisasi lain seperti remaja masjid, karang taruna, organisasi di sekolah dan organisasi di universitas atau perguruan tinggi.
Sedangkan untuk kerjasama dengan komunitas lainnya seperti becak babel (komunitas lingkungan). Melalui gerakan ini, masyarakat khususnya siswa/pelajar bisa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman diluar dari pembelajaran sekolah atau text book. Selain itu, kerjasama antara HOPE Educetion Babel dengan komunitas lainnya juga menambah ilmu bagi masyarakat/pelajar tersebut diluar dari apa yang sekolah berikan kepada mereka.
Dari lahirnya Komunitas HOPE Education Babel, kita ketahui bahwa sistem pendidikan Indonesia hingga saat ini masih memiliki kekurangan dan masih perlu dibenahi. Pendidikan merupakan aset bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk negara. Gerakan pendidikan seharusnya membuat kita berkaca, apakah sistem yang selama ini kita jalankan merupakan sistem yang baik dan benar. Namun, seperti yang kita tahu bahwa lahirnya gerakan pendidikan ini juga akan memperepat transformasi pendidikan menjadi lebih baik kedepannya.***