Oleh: Johan, Mahasiswa Sosiologi, Fisip, UBB
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak pulau dari sabang sampai merauke.
Banyaknya pulau di Indonesia tercatat memiliki jumlah penduduk tertinggi ke-4 dunia setelah China, India, dan Amerika serikat dengan jumlah penduduk Indonesia 260.580.739 jiwa dengan kepadatan penduduk 137 jiwa per km².
Untuk pendapatan perkapita negara Indonesia sendiri tercatat pada tahun 2016 sebesar Rp 47,9 juta, tahun 2017 Rp51,9 juta, tahun 2018 Rp 56 juta. Dari Hasil Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut Indonesia mengalami kenaikan di pendapatan perkapita.
Namun pada tingkat kemakmuran masyarakat masih terdapat keluaraga yang dikatakan belum sejahtera. Hal ini mengakibatkan Indonesia memiliki tantangan besar dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
Adapun beberapa faktor yang menjadi pemicu kemiskinan itu terjadi;
Pertama, kurangnya lapangan pekerjaan, bekerja adalah sebuah kebutuhan yang diharapkan atau diinginkan semua masyarakat, baik dari perdesaan maupun perkotaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun pada masa saat ini, tenaga kerja lebih banyak daripada lapangan pekerjaan baik di perkotaan maupun perdesaan.
Dengan begitu menyebabkan tingginya angka imigran tenaga kerja dari Indonesia ke negara tetangga untuk mendapatkan pekerjaan seperti Singapura, Jepang, Malaysia, Thailand dan negara lain-lainnya.
Masyarakat sendiri beranggapan bahwa jika mereka berpindah dari suatu tempat ke tempat lain akan membawa perubahan dalam kehidupannya dari segi perekonomian. didukung pula dengan gaji yang lebih besar dibandingkan dengan gaji di Indonesia sendiri. Hal ini juga menjadi faktor pendukung tingginya angka imigran di Indonesia.
Kedua, rendahnya tingkat pendidikan, pendidikan juga menjadi salah satu penyebab muculnya kemiskinan di Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik (2007:11) berpendapat bahwa “Dimensi tingkat pendidikan rendah disebabkan oleh: terhambatnya akses terhadap pendidikan karena daya tampung sekolah yang terbatas, ketidakmampuan membayar uang sekolah, buku dan seragam, dan risiko keselamatan/ keamanan ketika pergi ke sekolah”.
Rata-rata masyarakat yang tidak bekerja adalah masyarakat yang lulusan Sekolah Dasar ataupun Sekolah Menengah Pertama, karena dulunya orang Indonesia memiliki anggapan bahwa sekolah itu hanya membuang-buang uang yang akhirnya hanya bekerja sebagai petani atau pedagang juga.
Lambat laun anggapan tersebut meluas dan menjadi pandangan umum bagi masyarakat yang tidak sekolah. Tidak hanya itu masyarakat dulu juga memiliki anggota keluarga yang bnyak sehingga membutuhkan biaya yang bnyak buat memenuhi kebutuhan mereka apalagi untuk membiayai anaknya sekolah atau dapat di katakana sebagai ketidakmampuan keluarga dalam membiayai sekolah anak-anaknya,yang akhirnya menjadi beban kelurga.
Ketiga, rasa malas, adanya sikap malas yang tertanam dalam diri seorang individu membuat dirinya memiliki sikap acuh tidak acuh dan tidak berniat untuk bekerja.
Masyarakat kota umunya memiliki pandangan bahwa untuk mendapatkan uang, tidak hanya dengan bekerja keras akan tetapi juga bias mendapatkan uang dengan hal lain yaitu dengan duduk saja.
Pada faktanya di lapangan banyak munculnya kejahatan-kejahatan di jalanan yang mengharuskan anak-anak sebagai objek dari kejahatan tersebut, anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan di sekolah harus bekerja di lapangan.
Anak-anak diperintahkan untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya lalu diserahkan uang penghasilan tersebut ke penyetor. Hal ini menyebabkan tingkat anak-anak yang tidak berpendidikan juga meningkat.
Keempat, Kekurangan Modal Usaha, modal usaha adalah dana yang diperlukan seseorang atau individu untuk membentuk usaha sendiri.
Banyak masyarakat Indonesia yang memiliki kekurangan modal untuk membangun usahanya sendiri.
Menurut Badan Pusat Statistik (2007:40) menjelaskan “Prioritas bantuan langsung lainnya yang merupakan tiga prioritas utama di masing-masing daerah adalah mendapat modal usaha yang menjadi prioritas ketiga bagi rumah tangga miskin yang berada di daerah pesisir”.
Namun sekarang bnyak juga masyarakat yang mengalami kemiskinan disebabkan penyalahgunaan dana-dana pemerintah.
Rata-rata masyarakat mendapatkan bantuan pemerintah bukan hanya untuk membangun usaha akan tetapi digunakan dalam hal lain seperti untuk mencukupi kebutuhan pribadi mereka.