Corona Bukan Aib, Jangan Takut Untuk Melapor

Oleh : Andi Saputra
Mahasiswa Sosiologi FISIP UBB

Beberapa bulan terakhir dunia digoncang dengan corona virus disease 2019 (COVID-19), penyebaranya yang cepat membuat covid-19 yang awalnya berstatus epidemi (virus yang penyebaranya hanya terjadi di satu lingkungan terbatas atau negara saja), menjadi pandemi (virus yang penyebaranya sudah keseluruh dunia atau beberapa benua).

Sejak dilaporkan oleh WHO pada 31 Desember 2019 lalu, dilansir dari Covid19.go.id, jumlah penyebaran Covid-19 terus bertambah dan hingga pada tanggal 18 April 2020 sudah 213 Negara yang mengonfirmasi terjangkit Covid-19.

Sedangkan jumlah pasien yang positif Covid-19 yang tersebar di 213 negara, sudah sebanyak 2.121.675 orang, sedangkan angka kematian sudah mencapai 142.299 jiwa.

Kasus di Indonesia sendiri hingga Sabtu (18/4/2020) positif sudah 6.248 orang, sembuh sebanyak 631 orang, dan meninggal dunia sebanyak 535 jiwa.

Akibat virus corona perekonomian dunia kacau, khususnya di Indonesia masyarakat biasa yang bekerja sebagai nelayan, tukang ojek, pedagang kaki lima dan lain-lain mengalami kesulitan ekonomi.

Berdasarkan data dari nelayan di Sumatera Selatan terpaksa banyak yang tidak melaut karena harga ikan ekspor menurun, tukang ojek kesulitan mencari penumpang, pedagang kaki lima berkurang pemasukan dan banyak lagi kasus ekonomi yang menjadi masalah terbesar setalah virus corona. Hampir semua sendi-sendi kehidupan mengalami kekacauan akibat pandemi ini.

Kasus di atas akan semakin parah jika kita tidak bahu membahu bersama-sama untuk memutuskan mata rantai virus corona. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi penyebaran virus salah satunya dengan cara #DiRumahAja.

Selain itu jangan malu untuk melapor ke puskesmas atau rumas sakit terdekat jika kita mengalami ciri-ciri terjangkit virus covid-19. Terjangkit covid-19 bukanlah aib maka tidak perlu malu untuk melapor. Bahkan dengan melapor gejala awal terjangkit virus corona kita sudah melakukan hal yang mulia dan kita telah menyelamatkan keluarga dan lingkungan.

Seandainya masih tetap bersikeras tidak mau melapor dan ternyata anda positif maka sudah berapa banyak orang yang anda tulurkan corona akibat ke-egoisan anda. Dengan melaporkan gejala awal terjangkit corona kita sudah menjadi pahlawan dalam membantu memutuskan mata rantai virus corona.

Dan menjadi catatan khusus juga untuk masyarakat agar tidak berlebihan dan panik dalam menghadapi covid-19, salah satu kasus yang menyita perhatian adalah ditolaknya mayat perawat positif covid-19 di Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Perawat yang mengorbankan nyawanya untuk masyarakat malah diperlakukan demikian, dan menjadi harapan kita bersama semoga kasus tersebut tidak terjadi lagi. Para perawat adalah garda terdepan dalam mengatasi covid-19 maka perlakuan khusus yang harus mereka terima ketika gugur, bukan ditolak.

Dalam hitungan hari lagi kita akan menjumpai bulan Ramadhan menjadi harapan kita bersama dengan datangya bulan Ramadhan maka pergi pula virus corona sehingga kita umat islam bisa melaksanakan ibadah tanpa harus khawatir denga corona dan seluruh masyarakat bisa kembali beraktivitas seperti biasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *