Penulis: Nopa Laura, Mahasiswi Sosiologi FISIP UBB
Swakarya.Com. Penolakan dan ketakutan di Era pandemi Covid-19 terus menghantui masyarakat. Berbagai informasi kekacauan (anomi) di setiap belahan dunia terjadi saat ini.
Sebagai dampak merebaknya virus yang merenggut ribuan bahkan jutaan jiwa orang didunia. Realitas seperti ini yang menjadikan pengetahuan untuk diri sendiri semakin menyempit akibat panik, takut dan khawatir.
Stigma sosial terjadi dan tumbuh dimana-mana yang menjadikan pembatas sekaligus pengucilan yang tidak diinginkan. Physical distancing memang di berlakukan agar memutuskan mata rantai virus bukan orang-orang sekitar.
Jauhi sakitnya bukan orangnya. Semangat dan dukungan antara satu sama lain sangat dibutuhkan bukan stigmanisasi yang harus dijunjung tinggi sebagai obat ditengah masyarakat.
Banyak pihak sedang berjuang untuk bekerjasama dalam melawan covid-19 ini. Oleh karena itu, diperlukan objektivitas diri secara baik agar tidak terjadinya pembenturan sosial di lingkungan masyarakat.
Meningkatnya jumlah orang yang terpapar covid-19 seharusnya menjadi motivasi diri agar mampu membantu menekankan dan menghentikan kenaikan angka yang sangat signifikan.
Bukan sebaliknya masyarakat harus panik melihat melunjaknya angka menambahnya korban dari covid-19. PSBB sudah di berlakukan secara tertib dan ketat di beberapa daerah yang rentan dan sudah menjadi zona merah perkembangan covid-19.
Membantu pemerintah dengan meningkatkan disiplin menjadi momen adaptasi diri yang baik ditengah kekacauan yang terjadi. Banyak masyarakat melupakan edukasi diri yang menjadi peranan penting dalam situasi seperti saat ini.
Perbedaan paham dalam menjalankan aturan kerap terjadi dan sering kali menuntut pemerintah uktuk extra kerja keras dalam menerapkannya.
Sebgai sentral kehidupan masyarakat selalu di berikan padangan hidup sebagai instrument yang memiliki nilai dan tidakan yang lebih dalam beradaptasi.
Momen adapatsi diri menjadi skema penting yang harus dikuasi setiap orang saat ini. Mulai dari memperkaya pengetahuan sebagai tempaan untuk masing-masing pribadi yang baik, mentaati aturan sekaligus membekali disiplin diri.
Rajin beribadah dan melakukan hal-hal yang positif lainnya. Melakukan interaksi secara tidak langsug sebagai makhluk sosial agar tidak merasakan individualism di tengah kondisi saat ini dengan cara bekomunikasi melalui media sosial dengan kerabat dan sahabat.
Aktivitas yang membantu memperkaya diri di tengah pandemi covid-19 menjadi introduce for yourself tentang kebaikan yang dibentuk dari tindakan dan pikiran yang positif.
Secara konseptual tahapan dalam adaptasi diri yang baik mulai dari pembentukan habitus atau pembiasaan akan hal-hal yang pantas untuk dilakukan dan diterapkan.
Memahami situasi sosial yang terjadi dengan membangun kesadaran diri yang berlandaskan kultul dan moral.
Nilai-nilai dan norma sosial acapkali dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penafsiran terhadap tindakan yang memenangkan kondisi sosial yang baik. Oleh karena itu, kondisi saat ini, diperlukan momen adaptasi yang baik bukan stigmanisasi sebagai pendorong kekauan keadaan.
Jadilah, masyarakat yang cerdas di tengah kondisi gentir seperti saat ini. Bukan jadi masyarakat yang cerdas dalam memberikan stigma sosial di tengah kekhwatiran berskala besar.