Siapa Yang Bisa Menghentikan Pandemi Corona?

Penulis: Ruth Syarma Apriani Sirait, Mahasiswa UBB Fakultas Hukum

Swakarya.Com. ​Mungkin banyak dari kita yang bertanya, apa yang sebenarnya terjadi dibalik kebijakan yang dikeluarkan selama masa pandemi covid 19, mengapa banyak perbedaan pendapat dalam menganggapi kebijakan pemerintah yang satu ini.

Sebagian besar orang merasa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) adalah salah satu langkah efektif untuk indonesia saat ini, namun ada pula yang berpendapat bahwa kebijakan tersebut hanya dapat menghambat dan mempersulit kehidupan masyarakat, sangat membingungkan.

Dua pandangan diatas merupakan salah satu dari kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka mencegah penularan covid 19 yang lebih besar.

Ada lagi kebijakan tentang karantina dimana seorang penduduk harus membatasi jumlah kegiatan dan berdiam dirumah atau tempat karantina selama 14 hari, tujuan karantina ini sendiri adalah untuk mempermudah pengendalian covid 19 dengan menganalisis warga tertentu untuk mengetahui gejala penularan yang timbul pada warga tersebut.

Untuk warga yang terindikasi sudah pasti harus dirawat agar penularan tidak meluas. Sama seperti kebijakan sebelumnya kebijakan diatas juga menimbulkan pisau bermata dua, ada pendapat masyarakat yang mendukung kebijakan tersebut ada pula yang tidak mendukung.

Pendapat tersebut berdasar pada banyak hal terutama terjadi karena faktor kenyamanan. Dari kebijakan-kebijakan diatas mari kita menarik satu pertanyaan, sebenarnya siapa yang dapat menghentikan pandemi ini?.


​Jujur saja menurut pandangan penulis, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka pengendalian dan pencegahan pandemi covid 19 saat ini merupakan kebijakan yang paling efektif.

Namun dalam persetujuan ini penulis juga sedikit mengkaji tentang perihal sosialisasi kebijakan yang menurut penulis kurang efektif, karena pada dasarnya kebijakan-kebijakan tersebut bergantung pada satu titik tumpu keberhasilan, yaitu siapa yang menjadi target dalam kebijakan tersebut, targetnya adalah kita sebagai lapisan inti dalam tatanan bernegara.

Mungkin sebagian masyarakat indonesia masih belum terlalu mengerti tentang betapa bahaya virus yang satu ini, pendapat penulis ini muncul karena masih banyak masyarakat yang berkegiatan seperti biasa malahan tanpa menggunakan APD pribadi, ada pula yang mengunci diri dalam rumah, memblokade kampung dan lain sebagainya, menunjukkan bahwa ada ketakutan yang berlebihan di masyarakat terhadap pandemi ini.

Jawaban dari pertanyaan sebelumnya tentang “Siapa yang dapat menghentikan pandemi ini?” sebenarnya adalah pertanyaan yang menyangkut tentang kebijaksanaan diri atau tentang bagaimana kita meluaskan sudut pandang serta pola pikir terhadap suatu masalah.


Virus corona adalah virus yang menular melalui penularan secara langsung tidak jauh berbeda dengan influenza, dapat juga menular melalui suatu media dalam jangka waktu tertentu, lantas untuk langkah pencegahan dan pengendalian virus ini, apakah kita harus mengunci diri dan memblokade kampung, atau tidak peduli dan egois? Mari bersama kita menjadi bijak.

Batasi kegiatan yang tidak diperlukan atau kegiatan yang tidak berefek pada keberlangsungan hidup, jika ingin keluar rumah pakailah APD pribadi, usahakanlah agar sesekali mencuci tangan saat diluar rumah.

Lalu setelah kembali ke rumah pergilah ke kamar mandi kemudian pisahkan dan gantungkan pakaian atau rendam pakaian tersebut setelah itu mari kita mandi dan memakai pakaian steril dirumah, begitu juga yang dilakukan ketika hendak pergi kepasar, hal yang mudah bukan, tidak perlu mengunci diri atau memblokade kampung.

Untuk pengelola lokasi usaha dan pekerjaan juga serupa, lakukan kebijakan untuk menggunakan APD dan sediakanlah tempat untuk mencuci tangan, bila perlu sediakan SOP untuk karyawan dan pengunjung sebagai syarat untuk berkegiatan dilokasi usaha dan lokasi kerja, cukup mudah menurut penulis untuk dilakukan.

Kepada warga yang baru kembali dari suatu daerah janganlah egois, kita tidak akan pernah tau bahwa sesuatu yang tidak terlihat dalam diri kita dapat mengancam jiwa orang lain, karantina selama 14 hari menurut penulis bukan hal yang sulit untuk dilakukan.

Anggap saja sebagai istirahat panjang dari kehidupan yang selama ini kita jalankan dan orang lain pasti akan mengerti apa maksud dari tindakan kita, tentunya izin terhadap Bos kantor akan lebih mudah didapatkan pastinya.

Pada intinya langkah pencegahan dan pengendalian virus corona dapat dilakukan tanpa mengusik nilai dasar dari suatu kegiatan, hanya menambahkan teknis tertentu dan karena teknis tersebut kita tidak terbiasa dalam artian kita tidak nyaman dengan teknis tersebut.

Corona bukan sesuatu yang harus sangat ditakuti, namun sangat tidak baik pula untuk tidak menganggapnya sebagai ancaman, jangan egois.


Kembali pada bahasan awal tentang dukungan dan penolakan terhadap kebijakan pemerintah, penulis pribadi juga sangat menyadari betapa pentingnya kenyamanan pribadi untuk memenuhi kebutuhan kehidupan.

Pandemi ini juga merupakan sesuatu yang dapat mengancam kehidupan, mungkin pemerintah tidak sempat untuk mensosialisasikan kebijakan yang dikeluarkan secara langsung lewat diskusi dan penyadaran.

Namun dalam hal ini marilah bersama kita sadar secara pribadi bahwa kita adalah masyarakat yang dapat mengehentikan pandemi ini, bagaimana cara menghentikan pandemi ini itu tergantung kepada diri kita masing-masing.

Keseharian yang kita lakukan memang terbatasi karena pandemi dan hal ini pasti telah mengurangi kenyamanan dalam diri kita untuk menjalani kehidupan, maka dari itu mari kita rebut kembali kenyamanan kita, bertindak sesuai dengan pengamatan terhadap situasi dan kondisi saat ini, meluaskan sudut pandang dan pola pikir serta pastinya tidak mengikuti egoisme diri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *