Serangan Panik Skripsi (Jangan Jadi Generasi Rebahan)

Penulis: Kartika Chandra Anastya, Mahasiswa Akuntansi FE UBB

*Disarankan kepada pembaca untuk menarik nafas panjang terlebih dahulu sebelum membaca tulisan ini.

Swakarya.Com. Pernahkan kamu merasa takut atau hatimu bergetar hebat saat memikirkan skripsimu? Jangan-jangan kamu malah mengalami keadaan seperti makan tak tertelan, rebahan menjadi tak tenang, pikiran ambyar, mata panda jadi hiasan, episode drama korea ditinggalkan? pernah?
Pada kenyataan di Indonesia ini, skripsi adalah tugas akhir yang menakutkan bagi sebagian besar mahasiswa. 

Hal itu dikarenakan minimnya pemahaman terhadap metodologi penelitian yang akan dipakai, alat analisis, hipotesis, variabel, teori utama, bahkan terburuknya mahasiswa tidak percaya diri dengan judul yang dia buat.

Terkait mekanisme tulis menulis seperti itu meskipun tidak diajari sedari awal, mungkin bisa diatasi baik secara pribadi maupun melalui bantuan semangat uluran teman, karena ilmunya bersifat pasti dan banyak yang sudah dipublikasikan.

Namun, bagaimana cara menghadapi dosen pembimbing yang terkenal killer? Susah ditemui untuk konsultasi dan mempunyai ekspektasi tinggi terhadap penelitian kamu? Adakah cara yang absolut untuk menghadapi hal seperti itu? Bukankah kamu hanya merasa jengkel dan tak berguna?
Atau bahkan yang mendasar, bagaimana cara menghadapi diri sendiri yang berusaha kalem  saat melihat teman seperjuangan sudah seminar proposal?

Adakah kamu mendengar jiwamu berteriak menggelorakan rasa iri terhadap kegesitan temanmu itu? Atau menyalahkan diri sendiri terhadap ketidakmampuan dan keleletan? Bagaimana cara menghadapi rasa yang susah dijelaskan itu? Yang ada hanyalah rasa marah dan pesismis yang menyelimuti hatimu.

Temanku, tarik nafas lagi dulu.
Rasa panik terhadap skripsi merupakan bentuk academic anxiety (Kecemasan akademik) di tingkat perguruan tinggi (Ottens, 1991).

Academic anxiety adalah suatu kondisi yang ditimbulkan karena terdapat perasaan cemas yang berlebihan dengan berbagai tugas akademis yang ada di dalam institusi pendidikan.

Ketika kecemasan yang dirasakan oleh mahasiswa sudah berlebih maka akan berpengaruh negatif tentunya.

Mahasiswa akan mengalami tekanan psikologis dari hal itu akan berefek terhadap perilaku seperti menghindar terhadap tugas karena enggan menyelesaikan yang disebabkan oleh menurunnya rasa perhatian, kemampuan konsentrasi dan memori pada mahasiswa. 

Academic anxiety sering dijumpai saat proses penyusunan skripsi. Skripsi merupakan salah satu karya tulis yang dibuat oleh mahasiswa sebagai pembuktian bahwa mahasiswa telah berhasil mencernakan ilmu yang dipelajarinya, sehingga dapat menerapkannya dalam bentuk karya ilmiah atas tanggung jawabnya sendiri (Widyarto, 1988). 

Namun skripsi bisa menjadi suatu hal yang dapat memicu kecemasan atau stres bagi sebagian besar mahasiswa.

Hal itu disebabkan karena kurangnya motivasi untuk berprestasi, minimnya ketertarikan untuk melakukan penelitian dan rasa kreativitas mahasiswa yang rendah serta hal-hal luar yang bersifat eksternal.

Hal seperti itu sudah menjadi tradisi di bangku kuliah. Lalu bagaimana jika tradisi seperti itu terus berlanjut? Apakah memang benar-benar tidak bisa diatasi?
Temanku, mari berlatih menjawab.

Dimanakah sistem yang salah?
Siapakah yang harus membenarkan sistem itu?
Apakah pribadi kita sudah benar?
Apakah tabel prioritas yang kita buat sudah tepat?
Kewajiban seperti apa yang harus kita tuntaskan?
Dan, mengapa kita harus membuat skripsi?
Jawab ya temanku.

Banyak sekali kasus tidak mengenakan yang berkaitan dengan skripsi yang disebabkan oleh academic anxiety seperti mahasiswa yang membunuh dosen pembimbingnya, bunuh diri karena merasa tertekan, mogok kuliah, nyogok oknum, rentetan penyakit yang muncul hingga menghancurkan fisik, sampai kasus klasik menjadi mahasiswa abadi.

Jika kamu sudah merasa mulai panik maka carilah informasi mengenai music therapy untuk mengembalikan otakmu pada kesegaran yang prima.

Demi meringankan pikiranmu, menyehatkan jiwamu, juga menguatkan mentalmu maka saling menguatkanlah, bertanya, membantu, dan mendoakan.

Jangan sampai data berhargamu itu hilang, buatlah strategi keamanan terbaik yang bisa kamu lakukan. Namun saat kamu sudah merasa berlebih dan tidak bisa mengatasi maka berkunjunglah terhadap ahli kesehatan jiwa.

Panik itu manusiawi dan skripsi adalah kenyataan yang harus dihadapi. Kembalilah pada motivasi awal kamu untuk mendapatkan gelar, jangan lari tapi carilah inspirasi.

Hindari rebahan yang berkelanjutan, bangsa ini membutuhkanmu untuk menjadi orang yang kuat dan berguna.

Salam Mahasiswa!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait