Perlunya Akuntan dan Startup Company Dalam Pengelolaan Intangible Asset

Penulis: Kartika Chandra Anastya

Swakarya.Com. Kemunculan start-up company yang semakin banyak dan didominasi dengan model bisnis high-tech disebabkan oleh perkembangan teknologi yang cepat, globalisasi dan semakin mudahnya akses informasi (Florida, 2018).

Bisnis start-up adalah sebuah institusi yang diciptakan untuk membuat produk atau layanan baru yang inovatif dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi (Saputra, 2015).

Start-up didirikan oleh seorang individu, saat pendiri sudah menemukan ide untuk menciptakan sebuah bisnis baru, maka pendiri akan menemukan masalah selanjutnya yakni, sumber pembiayaan (Zinecker & Bolf, 2015).

Sumber pembiayaan dinilai sebagai faktor utama yang dibutuhkan pendiri untuk pertumbuhan startup (Talia dkk, 2014). Masalah sumber pembiayaanpun dirasakan oleh start-up company di Indonesia.

Jumlah start-up di Indonesia berdasarkan situs Start-up Ranking per 21 Maret 2019 ditaksir mencapai 2.074 . Jumlah yang banyak itu menjadi ancaman sekaligus harapan.

Sebuah ancaman karena permasalahan modal menjadikan peluang bangkrut sangatlah tinggi dan dapat menjadi harapan karena jika perusahaan tumbuh menjadi perusahaan yang besar dinilai mampu membantu perekonomian Indonesia.

Sebenarnya, Indonesia memiliki potensi yang baik di mata investor dunia karena dibuktikan dengan banyaknya modal asing yang berinvestasi di start-up company, seperti investasi yang dilakukan oleh perusahaan teknologi Google, Tencent, dan JD.com ke start-up company di Indonesia, yaitu Gojek (Reuters, 2018).

Namun, potensi itu belum mampu dikembangkan sepenuhnya secara merata. Karena pada kenyataannya hanya segelintir start-up company yang mendapatkan pendanaan dari investor.

Tentunya, masalah pembiayaan itu memunculkan rumusan baru bagi perusahaan untuk mendapatkan gelontoran dana yang diinginkan.

Namun, investor juga akan berpikir sebelum menanamkan modalnya karena berinvestasi di start-up company merupakan resiko yang sangat tinggi (Mellen,2018).

Hal itu dikarenakan kebiasaan “Bakar duit” oleh start-up company dalam rangka menarik konsumen yang loyal, sedangkan kepastian pengembalian modal atas aktivitas “Bakar duit” itu tidak bersifat mutlak.

Lalu, bagaimana caranya agar start-up company mendapatkan pendanaan dari investor? Tentunya banyak cara yang bisa dilakukan, namun satu hal yang perlu diketahui bahwa yang start-up jual adalah intangible asset (aset tak berwujud).

Maka untuk menarik investor perusahaan harus berfokus pada pengelolaan intangible asset. Aset tak berwujud menurut Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik (IAI, 2017).

Hak paten, kemampuan/skill, hak cipta, pengetahuan/knowledge, ide, inovasi, merek dagang/trade mark, dan goodwill merupakan contoh dari aset tak berwujud.

Saat menggunakan aset tak berwujud sebagai alat penarik untuk menutupi negative cashfllow, maka sangat jelas bahwa nilai valuasi dari aset tak berwujud harus diperhitungkan dengan akurat sehingga investor dapat melihat model prospek bisnis dari perusahaan berdasarkan pencatatan akuntansinya.

Sedangkan fakta yang ada menunjukan tidak banyak startup company yang paham dengan akuntansi terutama dalam melakukan kapitalisasi atas aset tak berwujud buatannya hal ini dibuktikan dengan belum banyaknya start up company yang menggunakan laporan keuangan sebagai instrumen utama untuk  menarik minat investor (Forbes, 2018). 

Jika perusahaan dalam membuat laporan keuangan tanpa menggunakan jasa akuntan maka akan ada kemungkinan terjadi kesalahan yang menyebabkan bias bagi investor.

Sebaliknya, jika menggunakan jasa akuntan maka bisa dipastikan adanya pengungkapan laporan keuangan yang wajar. Menggunakan jasa akuntan menjadi penting, karena Informasi akuntansi dan isinya dapat mempunyai pengaruh terhadap proses pengambilan keputusan (Harianto dan Sudomo, 2001).

Analisa break event point, ramalan keuangan, pengungkapan peristiwa pasca pelaporan, dan nilai valuasi dari aset tak berwujud akan disajikan dalam pembukuan secara transparan dan akuntabel.

Hal itu menunjukan bahwa perlunya menggunakan jasa akuntan dalam pengelolaan aset tak berwujud demi upanya penciptaan bisnis yang sehat dan perputaran uang yang produktif. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *