Mengikat Makna Sastra Sahabat Kental Politik

*Sastra vs politik

Karya : Kevin Sabri, Mahasiswa FISIP Universitas Bangka Belitung

Provinsi kepulauan Bangka Belitung memang baru seumur jagung, namun aktivitas dan produktivitas sastra dan politik di provinsi ini sudah menggeliat jauh sebelum terbentunya provinsi.

Bahkan sebelum era kemerdekaan. Terbukti dengan munculnya nama Hamidah, penulis roman asal asal kota muntok kabupaten Bangka Barat dengan karya kehilangan mestika, diterbitkan balai pustaka tahun 1920-an.

Geliat bersastra di Bangka Belitung tentu tak dipungkiri dengan kontribusi yang disuguhkan oleh media lokalnya.

Di pertengahan tahun 2019, Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung menjadi agen perubahan literasi dalam pelatihan fasilitasi penyempurnaan hasil sayembara pelatihan menulis cerpen dan puisi, menghadirkan satu ruangan penuh untuk pelatihan menulis cerpen dan puisi dalam bersastra.

Pada juli 2019, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Bahasa Kepuluan Bangka Belitung mengadakan kegiatan pelatihan menulis cerpen dan puisi yang didatangi oleh sastrawan yang sangat popoler dibidannya sehingga hadir ide untuk membuat sebuah karya yang nyata dalam judul sastra vs politik.

Pembelajaran sastra yang bersifat apresiatif memberi kesempatan dan dorongan kepada pembelajaran untuk membaca sendiri karya-karya sastra yang unggul.

Mengikat makna sastra adalah proses kereatif, sebuah karya seni kehidupan sehari-hari yang indentik dengan politik di dalam sastra itu, untuk menyampaikan sebuah komunikasi politik untuk para penguasa dalam keritikan yang lembut melalui bahasa sastra.

Untuk mengkertik penguasa negeri, melalui bahasa yang lebih lembut dalam strategi politik.

Dimana kala ketika melakukan aksi damai untuk menyampaikan aspirasi rakyat jelata, dikutip para ahli dalam proses kreatif sebuah karya seni dalam sastra politik, dari kedua sastra dan politik ini merupakan keungulan seni dari seduanya.

Karena seni politik dan seni sastra memiliki keungulan yang saling berkaitan, WELEK dan WAREN 1993-1995.

Ahli Ahmad Badrun yang menyatakan, dari keduanya kegiatan seni bersifat imajinatif untuk alat berupa seni, 10-juli-2019, hotel Bangka city.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *