Oleh: Al-ized
Masjid butuh anak muda? Iya, sudah hari dulu masjid selalu membutuhkan anak muda dan bahkan merindukan anak muda. Namun, pengurus masjid akan mengatakan “Tidak Butuh” Anak Muda, karena belum berpengalaman.
Membayangkan perkataan ini pun sangat miris jadinya. Andai anak muda tidak bisa berkontribusi besar untuk masjid, maka jangan salahkan anak muda melarikan diri kejurang kemaksiatan.
Hal ini sering sekali terjadi di dalam kota maupun di luar kota. Masih banyak pengurus masjid menyepelekan kemampuan anak muda. Mulai dari mengelola hingga berkontribusi nyata dalam memakmurkannya.
Masjid hanya dianggap sebagai tempat ibadah saja, masjid hanya dianggap milik orang yang tua saja, bahkan masjid hanya dianggap cukup orang tua saja. Sehingga peran pemuda tak pernah terlihat ada di setiap kemakmuran masjid.
Tidak jarang kita melihat banyak sekali masjid yang selalu sepi anak muda. Karena bisa jadi masjid tersebut tidak ramah anak-anak dan juga tidak ramah akan anak muda.
Banyak masjid yang masih mengusir anak kecil berlari kesana kemari, bahkan sampai membentak mereka. Banyak masjid yang masih tabu ketika anak muda adzan dan anak muda memimpin sholat. Dengan alasan belum menikah. Padahal bacaan sholat mereka lebih indah secara tadjwid dan tartilnya melampaui bacaan pengurus masjid itu sendiri.
Pengurus masjid seharusnya mampu berbenah dan mencontohkan masjid-masjid yang telah sukses dimakmurkan anak muda. Pengurus masjid seharusnya berkolaborasi dengan anak muda di zaman yang serba hebat ini. Agar masjid menjadi Markas utama perkumpulan anak muda dalam memakmurkannya.
Semua itu tidak mustahil untuk dilakukan. Karena masjid membutuhkan sentuhan tangan pemuda dan ide kreatif mereka. Menyiarkan aktivitas masjid bahkan menjadikan masjid sebagai pusat peradaban adalah sebuah keharusan yang dilakukan oleh pengurus masjid.
Jangan sampai anak muda di-Lockdown kan dari aktivitas masjid. Karena dari Masjidlah semua akan bermula sehingga negeri yang baldatun toyyibatun warabbun ghofur itu terwujud.