Penulis: Sabpry Aryanto, Sekretaris PWPM Babel
*Guru Honorer antara sejahtera/ memendam rasa
Di Hari Guru Nasional (HGN) 2019 dengan tema “Guru Penggerak Indonesia Maju” yang jatuh pada hari Senin, 25 November 2019 menjadi hari kebahagiaan bagi semua guru, akankah semua ini dirasakan oleh para guru honorer yang luar biasa kinerjanya mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara, tetapi apakah mereka berada di dalam tataran kesejahteraan?
Hari Guru Nasional (HGN) bukan hanya menjadi ajang seremonial semata karena itu merupakan hari kebahagiaan bagi semua guru, artinya evaluasi terhadap kesejahteraan guru dan kinerja para guru. Bukan hanya sebatas kegiatan ceremonial yang tidak menghasilkan pemecahan masalah terhadap para guru honorer.
Saya menulis ini, mengingat para sahabat saya yang berprofesi sebagai guru honorer jauh dalam tataran kebahagiaan (kesejahteraan guru). Siapakah yang harus kita berikan masukan dan solusi atas semua ini. Karena saya rasa mereka butuh sentuhan untuk diapresiasi sebagai seorang guru walaupun status honorer.
Dalam tataran sekolah swasta dan negeri ada perbedaan antara hitungan jam guru honorer, saya tidak tau di sini apakah ada anggaran untuk mensejahterakan para guru honorer, mungkin saya hanya bertanya seperti ini saja siapa yang bisa menjawab semua impian mereka, apakah ketua yayasan dan pimpinan sekolah bagi swasta apakah pemerintah bagi kedua-duanya.
Sekali lagi mari kita mengevaluasi bahwa guru adalah seseorang yang mencerdaskan para peserta didiknya agar menjadi manusia yang sesungguhnya, manusia yang memiliki moral, karakter, kemampuan dan keterampilan.
Guru selalu dipuji dan ditiru bahkan tiada hari tanpa guru. Kehadiran guru di tengah-tengah peradaban manusia sangat penting. Manusia tidak akan memiliki budaya, norma, agama dan ilmu pengetahuan serta teknologi, jika tidak ada guru. Upaya guru mendidik, membimbing, mengajar dan melatih anak didik bukanlah hal yang mudah dan gampang.
Apakah pemerintah seolah menutup mata dalam mempekerjakan para guru dengan upah murah dan menempatkannya dalam posisi rendah penghasilannya. Ironisnya, mereka tetap bertahan menjadi tenaga pendidik meskipun dengan pendapatan yang sangat minim, seolah guru adalah profesi yang tidak penting karena kurangnya apresiasi terhadap mereka para guru honorer.
Apalagi menteri pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan pidatonya di Hari Guru Nasional 2019 bahwasanya “Guru Indonesia yang Tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus yang tersulit. Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan”.
Dari makna sebagian dari pidato ini seharusnya menggambarkan, tetapi Mendikbud Nadiem Makarim hanya menyampaikan, di Hari Guru Nasional 2019 hanya sebatas berpidato, tapi belum menunjukkan komitmen pemerintah di bidang pendidikan, terutama terkait nasib guru honorer.
Padahal baik guru PNS dan guru honorer mereka agen-agen perubahan dalam menjalankan posisi strategis pembangunan SDM Indonesia. Mereka tulang punggung dan garda terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Akankah ada evaluasi terhadap kesejahteraan guru honorer di Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2019? Semoga ada yang bisa menjawab dari tulisan ini.
Selamat memperingati hari guru nasional 2019. Guru Penggerak Indonesia Maju.