Belajar Dari Rumah, Bentuk Qualitytime Plus Bagi Orangtua (Selesai)

Penulis: Wahyu kurniawan M.,Psi.,Psikolog, Dosen IAIN SAS dan Anggota Dewan Pendidikan Babel

Berbagai kata kunci yang bisa disimpulkan bahwa belajar dari rumah bukalah belajar yang serupa dengan belajar di sekolah, atau bahkan memindahkan system satuan sub atau kurikulum yang ada di kelas bisa diterapkan dirumah dikarenakan jika dibaca secara seksama maka outputnya bukanlah menjadikan peserta didik sama persis hasil belajar di sekolah dengan di rumah.

Menurut penulis belajar dari rumah ini tidak saja urusan repot-repoatan atau semacam ada justifikassi bahwa repotnya orangtua semasa covid 19 dari sisi pendidikan.

Namun yang menjadi menarik adalah ada semacam kolaborasi dalam system pengajaran dan pendidikan yang semulanya hanya diberatkan pada guru saja namun kini orangtua juga diminta untuk mendampingi anak untuk belajar di rumah.

Selaku Psikolog yang berkecimpung dari peminatan pendidikan, setidaknya saya menyatakan bahwa ada hikmah yang semestinya didapatkan oleh orangtua. Maka saya menyatakan bahwa ini semacam Qualitytime Plus dimana setidaknya ada beberapa aktifitas secara bersamaan yang dilakukan oleh orangtua antara lain orangtua bisa melakukan pendekatan mendalam secama emosional, kedua orangtua bisa mengukur anak dari berbagai aspek.

Ketiga orangtua bisa mengevaluasi gaya belajar dan pendidikan anak, keempat orangtua mampu menemukan solusi apa yang harus dilakukan sebagai orangtua dan anak adapun maksud dari Qualitytime Plus ini dijelaskan sebagai berikut.

Pertama belajar dari rumah

Belajar dari rumah ini adalah semacam kolaborasi yang dilakukan oleh orangtua dengan guru yang terfokus kepada anak. Biasanya pengajaran dan pembelajaran semula diserahkan oleh guru saja namun kini anak harus belajar bersama dengan orangtuanya.

Pembelajaran bersama orangtua ini menurut penulis taklebih sama halnya anak dan orangtua melaksanakan Qualitytime sekaligus mengukur atau mengevaluasi anak semasa covid dimana orangtua tau apa yang ada dianak, baik dari sisi kogniti, emosionalitasas anak, kemandirian anak, kesabaran anak, karakter anak.

Misalkan saja, anak selama ini hanya dibimbing oleh guru, dan orangtua menuntut anak paham tanpa orangtua tau dimana batas kemampuan anak baik dari sisi Intelegensia dan lainnya. Begitupun juga seperti anak jika di sekolah tidak sabar, maka biasanya disekitarannya juga akan memunculkan hal yang sama.

Secara emosional ini juga bisa dilihat dari cara anak menjawab pertanyaan, berani atau tidak, spontan atau tidak, takut atau tidak. Sehingga jika ditemukan ada anaknya yang tidak berani maka orangtua semestinya langsung segera memberikan intervensi apa yang tepat misalkan memberikan kalimat afirmatif/motivasi.

Qualitytime Plus berikutnya yang kedua adalah orangtua tau cara mengukur anak.

Mengukur disini adalah sebagai salah satu evaluasi belajar anak. Misalkan saja selama ini anak tidak menguasai matematika, maka anak seharusnya dicarikan solusi segera namun jikapun anak lagi lagi tidak tau matematika secara kuat maka orangtua mulai tau kiranya potensi apa yang dimiliki anak. Karena kecerdasan anak bukan saja pada aspek matematika.

Boleh jadi aspek kecerdasan yang di kuasai anak adalah Linguistik atau bahasa. Maka orangtua mengejar dan mengoptimalkan yang mudah diakses oleh kecerdasan anak.

Pengukuran kognitif ini tidak harus saklek semacam para psikolog, karena orangtua semestinya mulai mengindentifkasi anaknya. Pengukuran lainnya misalkan pada aspek fisik/sensori anak, misalkan anak yang belajar yang semula semangat dan setelah beberapa menit mulai tidak fokus seperti menggosokkan mata, maka orangtua bisa mengukur anak anaknya.

Qualitytime Plus ketiga, orangtua bisa memahami gaya belajar anak.

Mengapa demikian, selama ini anak cenderung belajar di sekolah dan belajar dengan guru, mungkin cara pengajaran guru dan orangtua tidaklah sama. Maka orangtua bisa lebih intens mempelajari gaya belajar anaknya, setidaknya gaya belajar anak ini antara lain belajar dengan visual, auditori, tactile atau digital.

Jika anak tidak betah membaca mungkin boleh jadi anak belajar menggunakan cara mendengarkan, saat ini informasi terkait pelajaran sudah banyak di web dll, maka orangtua bisa mengkreasikannya. Karena terkadang anak tidak terfasilitasi dengan gaya belajarnya biasanya anak tidak akan optimal belajar. Maka orangtua akan lebih banyak tau anak gaya belajarnya dari sisi yang mana.

Sedangkan yang keempat, orangtua memahami solusi apa, biasanya individu akan terlihat karakternya dalam kondisi kondisi tertentu, misalkan tidak diajak bermain anak akan tantrum, jika anak belajar dengan adik apakah anak tidak mau berbagi, maka anak bisa diajarkan dan diberikan tritment maka orangtua tau cara memberikan solusinya. Dari sisi pembelajaran solusinya dengan metode apa, jikapun tidak bisa maksimal apakah harus ada tindakan lanjut atau apa.

Maka adapun kesimpulan dari opini ini antara lain ialah, orangtua semestinya bisa menjadikan ini sebagai Qualitytime plus bagi anaknya, karena anak secara emosionalitas hampir 24 jam bersama orangtua. Tentu saja, dalam membuat aktfitas pula kami menghimbau bagi orangtua, untuk tidak menjadikan Covid ini alasan untuk menjadikan beban mengajar dirumah.

Hal lain juga penulis berharap orangtua bisa mengemas berbagai kegiatan belajar dirumah secara menarik, partisipatif, kolaboratif. Terakhir, saya kita berharap covid 19 bisa segera berakhir sehingga masyarakat bisa hidup sebagaimana mestinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *