05 Februari 1947 – 05 Februari 2020 HMI dan Tantangan Industri 4.0

Penulis : Sabpri Aryanto

*Anggota MD KAHMI Basel / Kabid PA HMI Cabang Bangka Belitung Periode 2015-2016*

Swakarya.Com. Memasuki era digitalisasi akan menjadi tantangan industri 4.0 membawa spirit perjuangan bagi kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) untuk tetap berperan aktif dan positif bagi bangsa dan negara.

Dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur di era digitalisasi yang serba cepat melalui perkembangan teknologi. Semakin memasuki perubahan zaman, semakin bertranformasi kekuatan (intelektual dan gerakan) bagi para kader HMI untuk mewujudkan kepentingan Masyarakat.

Menginjak usia yang ke 73 tahun HMI yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 Hijriyah atau bertetapan dengan 5 Februari 1947 M.  oleh Prof. Drs. Lafran Pane. HMI organisasi tertua di indonesia dengan tujuan untuk menjaga Keutuhan NKRI, Mempertinggi derajat rakyat indonesia dan mensyiarkan agama Islam menjadi momentum untuk berikhtiar demi masa depan gerakan intelektual serta stratak himpunan ini untuk lebih baik arah gerakan kedepannya.

Sebab melalui gerakan intelektual serta stratak membangun maka dengan inilah eksistensi HMI akan tetap ada di masa yang akan datang untuk tetap berperan aktif dan berkontribusi terhadap masyarakat, bangsa dan negara.

Untuk itu, menjajaki era digitalisasi maka perlu sebuah pola gerakan aktivis HMI yang harus mengedepankan nalar keterampilan dan berpikir kritis dalam membaca peluang sesuai pedoman tri Komitmen HMI yang mencakup Iman, Ilmu dan amal. Setiap kader HMI mampu menjawab tantangan zaman secara komprehensif dan berpengaruh pada kemajuan bangsa ini. Oleh karena itu kader HMI harus mampu membekali pengetahuan terkait skill, selain intensifikasi hard skill berdasarkan basic keilmuan yang dimiliki setiap kader dan harus selalu siap menghadapi perkembangan teknologi era industri 4.0 saat ini.

Setidaknya dengan memiliki skill kemampuan masyarakat sedikit banyaknya merasakan keberadaan HMI. Tentu dengan harapan agar HMI tetap menjadi “Harapan Masyarakat Indonesia” untuk membawa perubahan besar bagi bangsa yang sedang menjalani proses derasnya perkembangan teknologi saat ini. Oleh sebab itu, HMI terus menjadi problem solver ditengah segala persoalan yang ada berkenaan dengan keumatan dan kebangsaan yang dihadapi negeri ini sesuai perubahan zaman.

Selain itu budaya, diskusi tetap dirawat untuk mengedepankan nalar intelektual dalam menghadapi dan memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena HMI tetap mengikuti kemauan zaman untuk mengawal generasi muda Indonesia sebagai upaya mencegah kesenjangan generasi yang membawa perubahan besar, dan tidak menjadi generasi yang buta dengan nalar keilmuannya.

HMI pun turut serta membangun jalan pikiran Bangsa ini dalam menghadirkan gagasan “Masyarakat Madani” dengan tataran ideal seperti dikemukakan Nurcholis Majid tentang “Masyarakat Madani” tersebut.

Sementara bangsa ini sedang berada dalam tataran revolusi industri 4.0 yang membuat setiap kader HMI berpikir keras, bahwa pentingnya meningkatkan daya saing bangsa untuk dapat memenangkan persaingan global di era Revolusi Industri 4.0 saat ini sesuai perubahan era.

Suatu bangsa bisa dinobatkan sebagai bangsa maju, apabila kapasitas ipteknya mencapai lebih dari 75 persen  kebutuhan ipteknya merupakan hasil karya bangsa sendiri, baru bisa dikatakan bangsa yang maju, artinya bangsa Indonesia harus melakukan lompatan besar dan salah satunya generasi muda sebagai agen of change (perubahan) untuk bangsa dengan lompatan gagasan serta stratak membangun yang tertanam dalam gerakan kader HMI.

Diusia yang cukup menginjak usia tidak lagi dewasa (73 tahun) membuat HMI harus tetap mempertahankan eksistensinya untuk kemajuan umat dan bangsa sesuai anggaran dasar (AD) pasal 4 tujuan HMI itu sendiri.

Sudah saatnya tetap berbenah demi kemajuan pemikiran, gagasan gerakan intelektual untuk memberikan solusi bagi bangsa ini. Dengan mengedepankan kemampuan serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dengan cara memahami tentang penguasaan teknologi informasi menumbuhkan jiwa kewirausahaan dengan tidak mengurangi integritas nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan yang digaungkan oleh kader HMI untuk umat dan bangsa.

kualitas kepemimpinan setiap kader yang ditempa di HMI itu multi dimensi, sebagai pemimpin memiliki kapasitas intelektual, kemampuan manajerial, spitualitas, yang melahirkan pemimpin memiliki nalar keilmuan serta integritas yang kuat untuk membangun kepentingan umat dan bangsa.

HMI sebagai organisasi eksternal kampus juga berfungsi sebagai kawah candradimuka dalam mengasah analisis kader menyikapi isu kekinian, mengawal demokrasi melalui prinsip chek and balances sesuai dengan tiga cabang kekuasaan yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif dari dulu hingga sekarang.

Catatan ringan penulis yang pernah menjadi Kabid Pembinaan Anggota (PA) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bangka Belitung Periode 2015-2016 sedikit banyak memberikan pandangan betapa pentingnya dialetika dan peran HMI dalam menghadapi era industri 4.0 dengan mengedepankan nalar Intelektual, kemampuan dan keterampilan dalam tataran Digitalisasi saat ini.

Semoga diusia ke 73 tahun HMI tetap mampu berkontribusi dan memberikan gagasan solusi untuk kemajuan bangsa dan negara ini. Apalagi stratak yang dimiliki kader HMI sudah seharusnya menjadi road map dalam menghadapi era industri 4.0 dengan Pengembangan SDM, Penguasaan Digital dan Implementasi Konsep NDP.

Untuk itu, road map tersebut salah satu bentuk membina dan mengembangkan potensi kader untuk terwujudnya tujuan HMI sesuai konstitusi HMI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *