Penulis : Ahmad Gaus
Dear Corona,
Kutulis surat ini saat hujan turun di sore hari
Setelah panas terik yang membakar sepanjang siang tadi
Orang-orang berharap engkau tersungkur di tanah
Lalu bangkaimu diseret air hujan hingga jauh ke laut
Begitulah, sengaja kuawali surat ini dengan meringkas “kebencian kolektif” yang ditujukan kepadamu.
Agar engkau tahu di mana posisimu sejauh ini.
Sekarang tidak ada orang yang pergi ke taman untuk melihat pelangi
Atau mengikat janji dengan kekasihnya di sore hari yang indah
Mereka takut engkau ada di sana
Sebab saat ini engkau memang lebih menakutkan daripada nenek sihir dengan sapunya.
Oh ya, ngomong-ngomong soal nenek sihir, pernahkah kau mendengar cerita tentang penyihir yang seumur hidupnya tidak pernah tertawa?
Sekali waktu dia tertawa, seekor tikus bisa berubah menjadi gadis cantik. Alangkah saktinya.
Ada juga kisah tentang penyihir jahat yang jiwanya tersimpan dalam buah pir.
Begitu orang-orang tahu buah pir dapat menurunkan berat badan, penyihir itu mati berkali-kali. Karma bagi penjahat.
Kesaktianmu mungkin sama dengan para penyihir itu
(Dan mungkin juga kelemahanmu)
Abrakadabra!
Sekali tepuk engkau berhasil menaklukkan dunia
Mengubah aturan di semua negara
Memaksakan moralitas baru dalam hubungan sosial
Menghentikan kemacetan lalu lintas di kota-kota yang sibuk
Mengeluarkan orang-orang dari penjara dalam jumlah yang sangat besar
Engkau juga memberi intrupsi pada pemahaman agama yang dogmatik
Mengusir kaum beriman dari rumah-rumah ibadah
Tapi memaksa orang untuk lebih dekat dengan Tuhan.
Engkau sebuah paradoks untuk kebatilan dan kebenaran
Nilai-nilai sekarang bukan hanya nisbi tapi jungkir balik
Banyak fenomena harus ditafsir ulang
Jadi, engkau memang hebat, Corona
Tidak pernah ada yang bisa melakukan itu sebelumnya
Tapi tahukah kau bahwa seluruh dunia memusuhimu
Perang global sudah dideklarasikan untuk melawanmu
Dan engkau sendirian.
Saat ini, bila kau lewat di kotaku
Orang-orang sudah mengenakan alat perlindungan diri
Kendaraan militer berjaga di setiap sudut dan tempat-tempat keramaian
Sesekali menyemprotkan tembakan ke udara dan pinggir jalan sehingga mengenai siapa saja
Seperti pasukan tempur yang menembak tanpa sasaran karena musuh tidak terlihat
Engkau telah membuat semua orang menjadi bodoh
Membuat malu negara-negara maju yang memiliki persenjataan paling canggih
Semua lumpuh, tidak berdaya di hadapanmu
Korban-korban kematian berjatuhan seperti daun-daun kering diterjang angin
Zaman yang murung berrtambah murung
Kekerasan, kelaparan, kemiskinan, ada di mana-mana
Apalagi yang mau kau tambahkan
Menegakkan keadilan?
Silakan saja
Tapi lihat itu orang-orang yang kehilangan pekerjaan
Orang-orang yang dikuburkan tanpa didampingi keluarganya
Para malaikat pun tak sanggup berdiri di hadapan takdir mereka yang terasing
Aahh.. aku tidak tahu apalagi yang harus kutuliskan di sini, Corona
Tapi yang pasti sore ini sehabis hujan, aku ingin melihat kau menari bersama anak-anak di halaman
Tanpa mengancam
Tanpa ada korban
Itu saja.