Oleh : Gita Widia/ Mahasiswi FH Universitas Bangka Belitung
Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing lagi kita dengar. Pendidkan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran pelatihan atau penelitian.
Ada berbagai macam fungsi pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan seseorang, menambah wawasan, dan membentuk karakter yang disiplin serta masih banyak yang lainnya. Namun, berbeda dengan pandangan masyarakat desa, mereka masih banyak yang hanya menganggap bahwa pendidikan tidak menjamin masa depan karena mereka hanya memandang sebagian orang yang menjadi pengangguran setelah lulus dari perguruan tinggi.
Masyarakat Desa tidak memikirkan mengenai fungsi dari pendidikan selain menjadi seseorang yang sukses dalam artian sukses ini yaitu seseorang yang berpendidikan yang bisa lulus dari perguruan tinggi pasti bisa bekerja di suatu perusahaan yang terkenal.
Masyarakat Desa tidak mengartikan suatu pendidikan dalam cakupan arti yang luas, mereka tidak memikirkan fungsinya pendidikan bagi kehidupan bermasyarakat selain bahwa orang yang berpendidikan itu pasti akan bekerja di tempat yang semua orang impikan.
Masyarakat Desa tidak terlalu mementingkan pendidikan dalam hal pembentukkan karakter yang disipilin dan beretika sesuai dengan fungsi pendidikan itu sendiri. Misalnya yang paling sering terjadi yaitu etika dalam pergaulan, masih banyak sekali anak-anak di suatu desa tertentu yang tidak memahami etika dalam pergaulan sehingga menyebabkan pergaulan bebas seperti minum-minuman keras, merokok, seks bebas dan sebagainya.
Dari berbagai kalangan keluarga di desa tertentu, mungkin banyak yang mengeluh tidak melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi karena beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut tidak dapat dilaksanakan yaitu salah satunya karena faktor ekonomi. Akan tetapi untuk sekarang ini faktor ekonomi bukan suatu masalah yang paling utama karena saat ini, banyak sekali bantuan berupa beasiswa yang dapat diterima. Akan tetapi yang menjadi masalah utama adalah pandangan mengenai pendidikan menurut anak dan orang tuanya itu sendiri.
Banyak sekali anak-anak yang lebih memilih bekerja ketimbang melanjutkan pendidikan yang di mana seharusnya di usia mereka haruslah melanjutkan pendidikan yaitu bersekolah. Dalam hal ini peran dan dukungan orang tua sangat dibutuhkan, akan tetapi mirisnya orang tua mereka malah membiarkan bahkan mendukung anak mereka untuk bekerja. Pemikiran seperti inilah yang bisa menyebabkan anak menjadi putus sekolah dan tidak berminat dalam dunia pendidikan karena pada dasarnya ketika seorang anak yang telah merasakan memiliki uang dari hasil kerja keras sendiri, mereka merasa bahwa pendidikan bukanlah sesuatu yang wajib dan tanpa berpikir panjang mereka tidak menyadari bagaimanakah nasib mereka kedepannya.
Dalam hal ini terbukti bahwa masyarakat desa banyak sekali yang tidak menyadari bahwa banyak juga orang yang tidak sukses karena tidak melanjutkan pendidikan. Kesuksesan bukan hanya dilihat dari peluang kerja ataupun peningkatan karir semata melainkan pendidikan juga menciptakan suatu kedisiplinan dan memiliki wawasan yang luas sehingga bisa bersikap lebih rasional dalam menentukan suatu keputusan.