Bangka, Swakarya.Com. Puluhan warga Desa Mapur, kecamatan Riau Silip melakukan aksi unjuk rasa di pabrik pengolahan kelapa sawit PT Gunung Pelawan Lestari yang berada di Desa setempat, Rabu (24/6).
Dalam aksinya, puluhan warga desa Mapur menyampaikan sejumlah aspirasi diantaranya terkait CSR, kestabilan harga kelapa sawit, pemecatan sejumlah karyawan yang diduga secara sepihak serta keluar masuknya mobil truck muatan sawit yang lalu lalang didesa setempat.
Menyikapi aspirasi yang disampaikan, Senior Group Manajer PT GPL Hamdi Anas saat dikonfirmasi sejumlah wartawan mengaku pihaknya telah menerima aspirasi yang telah disampaikan oleh puluhan warga desa Mapur yang mendatangi perusahaan itu.
Hanya saja, terhadap aspirasi yang disampaikan, pihaknya belum bisa mengambil keputusan apapun dengan alasan hal tersebut akan mereka komunikasikan terlebih dahulu ke atasan yang ada di Jakarta.
“Jadi nanti hari Sabtu ini (27/06) Kita akan memberikan penjelasan satu persatu di Balai Desa Mapur,tentang apa-apa yang menjadi tuntutan warga tersebut,”katanya.
Sementara itu, mengenai CSR dan harga buah sawit kerap mengalami penurunan harga itu ditentukan oleh kestabilan harga CPO lantaran untuk harga buah sawit sendiri setiap harinya kerap mengalami perubahan.
“Kestabilan harga buah sawit ditentukan oleh harga CPO. Jadi harga yang kita beli itu setiap harinya berubah-ubah. Yang menggelola atau mengambil buah sawit dari petani itu,harga nya sudah diberitahukan setiap sore hari. Dan untuk harga pada besok harinya sudah disampaikan pada hari ini juga serta pemberihuan tersebut sudah setiap hari berlaku,”katanya.
Terkait pemecatan sejumlah karyawan yang bekerja diperusahaan di setempat dijelaskan pemecatan tersebut terjadi sudah sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
“Kami sudah melakukan secara profesional,karena kami ada melakukan evaluasi dari output, absensi dan semua itu dapat ditunjukan,”katanya.
Karena menurut dia, untuk empat orang yang dipecat tersebut, outputnya paling rendah dari yang lainnya sehingga masa KWP nya tidak di perpanjang.
“Karena ia merasa,kenapa saya asal warga sini saja (Desa mapur) kok dipecat. Jadi kami tidak melihat itu dan Kami tetap secara profesional melihat kinerjanya,kalau pun tidak mencapai,ya kita tetap lakukan evaluasi,”katanya.
Sementara itu,koordinator aksi demo,Gilang Firginawan mengatakan setelah dirundingkan pihak perusahaan, mereka bersepakat Sabtu (27/6) mendatang akan diadakan pembahasan lebih lanjut di Balai Desa Mapur mengenai tuntutan yang disampaikan.
“Jadi pembahasanya tetap berkaitan dengan point-point tuntutan tersebut. Jika dari tuntutan tersebut tidak diindahkan,tidak menutup kemungkinan akan ada gerakan lebih lanjut lagi dari sebelumnya,”katanya.
Penulis: Lio