PRD Babel Kunjungi Dusun Terpencil di Sumsel, Gali Potensi dan Permasalahan Sebelum Mengabdi di Tahun 2020

SUMSEL, Swakarya.Com. Andi Saputra sebagai Ketua dan Founder Pemuda Relawan Desa (PRD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, melakukan survei lokasi pengabdian di Dusun Sungai Sembilang, Desa Sungsang 4, Provinsi Sumatera Selatan dalam rangka persiapan pengabdian yang direncanakan akan dilaksanakan tahun 2020 mendatang, Jum’at (8/11/2019) lalu.

Ekspedisi Sungai Sembilang. (Foto: Ist)

Andi Saputra mewakili PRD Babel untuk melakukan konsolidasi dengan Kepala Desa Sungsang 4, Romi Adi Chandra membahas mengenai program pengabdian yang akan mereka lakukan di Dusun Sembilang tahun 2020.

Romi selaku Kepala Desa Sungsang 4 sangat mengapresiasi perihal pengabdian yang akan dilaksanakan.

“Saya sangat mendukung sekali kehadiran organisasi atau komunitas yang datang untuk bisa berkunjung dan melakukan pembinaan, karena masyarakat kami masih kurang akan pengetahuan, dan ada hal-hal tertentu yang menjadi kebiasaan masyarakat yang harus dikurangi,” begitu ujarnya yang diterima redaksi Swakarya.com melalui siaran pers yang dikirim oleh publikasi PRD Babel, Senin (11/11).

Menurut Romi, masalah terbesar yang sulit diatasi selama ini adalah merubah mindset masyarakat tentang kebiasaan-kebiasaan buruk yang ada di masyarakat, karena kebanyakan dari masyarakat di desanya memiliki pengetahuan sedikit tapi merasa lebih paham.

Oleh karena itu ia memperkenankan organisasi ataupun komunitas untuk melakukan pembinaan di Desa Sungsang 4, terkhusus Dusun Sungai Sembilang, Taman Nasional Sembilang Provinsi Sumatera Selatan.

Andi Saputra mengajar langsung anak-anak TPA di Dusun Sungai Sembilang. (Foto: Ist)

Menurut pengamatan Romi, di Desa Sungsang 4 sendiri, sekitar 95 persen dari masyarakatnya adalah nelayan, hal ini tentu saja menyebabkan ketergantungan perekonomian hanya pada sektor nelayan saja.

Hal inilah yang membuat masyarakat di desanya seringkali mengalami ketidakpastian perekonomian.

“Terkadang saat terjadi musim barat menyebabkan ombak menjadi kencang, sehingga menyebabkan banyak nelayan yang tidak melaut, efeknya adalah penghasilan masyarakat menurun dan minat pembeli menurun,” ujarnya.

Oleh sebab itu, pihak desa berinisiatif untuk membuat semacam pengorganisasian berupa kelompok nelayan, namun tetap saja belum mendapatkan respon positif dari masyarakat.

“Karena masyarakat hanya menganggap hal itu sebagai pembuatan suatu perkumpulan saja, dan hanya aktif ketika diberi bantuan lalu hilang setelah diberikan bantuan,” katanya.

Sebagai pengganti sektor perikanan, nelayan Dusun Sungsang 4 mulai melirik sektor wisata yang ada di dusunnya.

“Kami fokus untuk memajukan pariwisata dan alhamdulillah bukan hanya di Sungsang 4 saja, sekarang ini seluruh desa di Sungsang fokus ke pariwisata, didukung oleh pemerintah kabupaten dan provinsi, diharapkan ada pelatihan dan pemberdayaan masyarakat untuk penguatan organisasi, untuk pemuda dan masyarakat nelayan” ujar Romi.

Selain itu, sejak awal pelantikannya pada rapat pertama di tahun 2014, Romi sudah mulai melirik sektor perhutanan yang luas di Desa Sungsang 4 sebagai objek pariwisata, dan sudah melakukan MoU dengan pemerintah tentang izin penggunaan hutan lindung di dusunnya.

Ketika ditanya mengenai kondisi sosial masyarakatnya, ia menyatakan bahwa masyarakat di desanya sangat welcome dengan kehadiran “orang asing”.

“Mereka bagus dan welcome menerima tamu dari Sungsang atau dari manapun, mereka welcome,” tambahnya.

Untuk aspek sosial Desa Sungsang 4 sudah bagus, namun menurutnya kesulitan utama yang ada di Sungsang 4 ini sendiri adalah penanaman kesadaran lingkungan karena banyak titik di Dusun ini yang notabene didominasi oleh sampah plastik.

“Harapan kami dengan adanya kawan-kawan komunitas bisa membantu merubah sifat-sifat buruk dan kebiasaan-kebiasaan buruk dari masyarakat agar menjadi lebih baik lagi,” harapnya. (Rls/PRD Babel)

Editor: Fakih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait