Penulis: Muhammad Ghozali, Mahasiswa IAIN SAS BABEL
Swakarya.Com. Saat ini, berbagai negara didunia tengah dikejutkan dengan suatu wabah penyakit yang disebabkan virus bernama corona atau lebih dikenal dengan istilah covid-19 (Corona Virus Disaeses-19) yang mulai berkembang di Wuhan, China. Sehingga Worrld Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyebaran virus covid-19 sebagai pendemi dunia sekarang ini.
Munculnya wabah ini menjadikan semua aktivitas kehidupan manusia seperti belajar, bekerja, berdakwah dialihkan ke sistem online dengan tujuan memutuskan mata rantai penyebaran covid-19 tak terkecuali melaksanakan ibadah berjamaah seperti salat berjamaah, pengajian maupun buka bersama.
Pandemi virus covid-19 memang tidak bisa diprediksi penyebarannya, sehingga mesti banyak upaya yang perlu diterapkan pemerintah. Salah satunya kebijakan “stay at home” atau bertahan dirumah selama penyebaran penyakit masih mengganas.
Kampanye bertahan dirumah ini ditujukan dengan harapan meminimalisir kegiatan diluar rumah, hingga himbauan ini pun masih berlaku pada bulannya umat muslim yaitu bulan ramadhan.
Tak bisa dipungkiri, ramadhan tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena ramadhan tahun ini dimeriahkan dengan adanya wabah yang membuat masyarakat benar-benar mengurangi aktivitas diluar rumah dan mungkin inilah waktunya untuk menerapkan perkataan Rosullaulah Shallahua’alaihiwassallam “Rumahku Adalah Surgaku”.
Hadirnya bulan ramadhan ditengah pendemi ini juga memberi angin segar terhadap kebijakan pemerintah, sebab masyarakat ketika berpuasa kebanyakan lebih memilih untuk berdiam dirumah dan mengerjakan amalan-amalan sunnah dalam rangka bertafakur dan muhasabah diri dibulan ampunan ini.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa bulan ramadhan ialah bulan obral pahala (Ramadhan Is Greet Sale), bulan dimana pahala amalan sunnah sama dengan mengerjakan amalan wajib. Kemudian Allah menghadirkan berupa tiga hal yaitu sepuluh hari pertama dengan rahmat, sepuluh hari kedua diberi ampunan dan sepuluh hari terkahir berupa terbebas dari api neraka.
Adanya kebijakan dirumah saja menjadikan kita untuk membiasakan aktivitas baru dan lebih bermanfaat karena terhindar dari kerumuan atau keramaian orang yang kadang kala secara tidak sadar banyak membicarakan orang lain.
Selain itu, aktivitas dirumah saja pada bulan tarbiyah ini menambah kedekatan kita dengan keluarga seperti menemani belajar anak, kegiatan memasak atau membuat kue untuk berbuka puasa yang tahun dulu jarang bercengkrama maka disituasi seperti ini kita dapat menghidupkan keromantisan keluarga.
Kemudian mempermudah kita untuk mecanangkan program pribadi yakni mengkhatamkan Al-qur’an dengan metode mencicil atau dapat dilakukan satu hari satu juz, yang sebelumnya hanya bisa satu kali khatam bahkan tidak sama sekali namun dimoment ini dapat memotivasi untuk semakin giat dalam membaca Al-qur’an.
Oleh karena itu, banyak mutiara yang dapat kita ambil dari peristiwa wabah ditengah bulan hasanah ini, meski mengkhawatirkan kehidupan masyarakat namun disisi lain juga memberi berkah tersendiri apalagi ditengah bulan suci bertabur keberkahan untuk kita meningkatkan ketaatan sebagai wujud pehambaan kepada pencipta.
Semoga bumi kita lekas membaik. Waulahu’alambisshowab