Generasi Z Harus Kenal Musik Dambus

Oleh : Ahmad Zukfikar, Mahasiswa Sosiologi, FISIP, UBB

Zaman sekarang jarang kita temui pemuda pemudi yang suka dengan musik tradisional apalagi memainkannya seperti halnya musik dambus.

Generasi Z saat ini yang memiliki kemampuan lebih cepat dalam mengakses informasi karena sejak kecil sudah diperkenalkan dengan teknologi canggih.

Banyak hal yang memfaktorinya, mulai dari teknik mengunakannya yang begitu rumit karena tidak seperti gitar pada umumnya dan gengsi remaja yang sangat tinggi karena menggap bermain musik dambus adalah “kampungan”.

Ada juga yang menyimpulkan kalau musik dambus hanya dimainkan oleh orang tua. Pemikiran yang seperti itu lah yang harus diubah mulai dari sekarang.

Bangka Belitung merupakan daerah rumpun melayu. Salah satu pertunjukan yang terkenal di Bangka Belitung adalah musik dambus. Musik dambus merupakan pertunjukan seni musik yang mempertunjukkan permainan alat musik tradisional gitar dambus dari Bangka Belitung dengan ciri khas kepala gitar berbentuk kepala rusa yang dipadukan dengan gendang Bangka, gong, dan tawak-tawak.

Musik ini sangat kental mengalunkan melodi-melodi melayunya, sehingga siapapun yang mendengarnya akan terasa sekali melayunya dari alat musik ini. Lirik lagu dari musik dambus ini biasanya berupa pantun nasihat untuk para pendengarnya.

Selain pertunjukan seni musik, dambus juga digunakan sebagai musik pengiring tari rincak dambus. Di Bangka Belitung sendiri khususnya, musik dambus biasanya dipertunjukkan di acara adat, pernikahan, dan festival-festival kebudayaan.

Di era perkembangan teknologi hari ini, remaja generasi Z dimanjakan dengan fasilitas instan seperti gadget. Hanya dengan gadget, remaja bisa mendapatkan berbagai macam informasi.

Remaja zaman sekarang lebih menyenangi menonton konser megah grup dari luar negeri dibanding pertunjukan musik daerah. Hal ini menjadi ‘PR’ bagi para orang tua untuk mendidik anak-anaknya dalam meningkatkan kesadaran pentingnya mengembangkan seni budaya daerah.

Selain orang tua, hal ini tidak terlepas dari guru yang bertanggungjawab mendidik siswa di sekolah mereka melalui pendidikan kearifan lokal.

Kurangnya ketertarikan remaja terhadap musik dambus menjadi tantangan seniman Babel untuk regenerasi seniman musik dambus kedepannya. Alasan mendasar adalah kurangnya ketertarikan remaja karena kemasan pertunjukan musik dambus yang monoton.

Dari permasalahan inilah grup musik Cak Macak Ethnic Ensemble asal Pangkalpinang yang personilnya beranggotakan anak muda mencoba hal baru. Dengan sedikit merubah kemasan seperti instrument yang lebih dikembangkan ke arah modern dan lirik lagu yang diganti dengan pesan yang lebih tertuju untuk para remaja.

Dengan demikian, remaja lebih tertarik dengan kemasan pertunjukan musik dambus yang berbeda. Cak Macak Ethnic Ensemble memiliki tujuan yaitu “Mengangkat Akar yang Terendam”. Maksud kalimat tersebut adalah mengangkat kembali akar tradisi Bangka Belitung yang telah lama terendam. Grup musik ini mengembangkan musik dambus tanpa meninggalkan pijakan tradisinya. Tetapi, perjalanan tidak selalu mulus, banyak seniman-seniman senior yang tidak setuju jika musik dambus dikembangkan lebih ke arah modern karena bisa menghilangkan ciri khas musik dambus tersebut.

Namun grup musik ini tidak menghiraukan hal tersebut karena tujuan utamanya adalah menumbuhkan ketertarikan khususnya remaja terhadap musik dambus dengan kemasan yang berbeda. Nama grup ini diambil dari Bahasa Bangka, yaitu “Cak macak”. Cak Macak merupakan Bahasa Bangka yang berarti asal-asalan.

Bukan tanpa maksud, grup ini punya makna mendalam terkait nama tersebut. Grup ini ingin merubah mindset orang tentang Cak Macak atau asal-asalan yang selalu negatif, menjadi cak macak atau asal-asalan yang berpengaruh positif. Maksudnya, grup ini mencoba memberikan sedikit kreasi terhadap musik dan berani merubah kemasan musik dambus agar dapat meningkatkan ketertarikan penikmatnya.

Seiring berjalannya waktu, musik dambus sekarang mulai diterima hampir di seluruh kalangan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya bermunculan grup musik dambus yang beranggotakan mulai dari kalangan remaja sampai dewasa. Ditambah lagi sekolah-sekolah di Bangka Belitung sudah mengadakan esktrakulikuler musik daerah, dengan melibatkan seniman menjadi tenaga pengajar ekstrakulikuler musik daerah di sekolah tersebut.

Remaja juga bisa lebih kreatif dalam mengembangkan musik dambus. Jika ingin memperdalam musik dambus, remaja bisa bergabung di sanggar-sanggar ataupun grup musik dambus yang ada di Bangka Belitung.

Seni budaya merupakan aset berharga yang dimiliki suatu daerah. Karena, dengan seni budayalah suatu daerah itu bisa ada. Penulis berharap Peran pemerintah, orang tua, dan tenaga pendidik sangat berpengaruh dalam meningkatkan kesadaran remaja terhadap pentingnya melestarikan seni budaya daerah. Para remaja diharapkan bisa melanjutkan perjuangan orang-orang tua dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya Bangka Belitung khusunya seni musik Dambus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *