Dikritik Soal ‘Kota Seribu Senyuman’, Molen Jelaskan Filosofinya

Pangkalpinang, Swakarya.Com. Saat malam puncak acara Milad KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam) Bangka Belitung di sesi tanya jawab, salah satu audiens mengkritisi program Walikota Pangkalpinang yaitu ‘Kota Seribu Senyuman’, Sabtu (5/10).

“Masih banyak masalah yang lebih urgensi tapi kenapa sibuk dengan program ini, tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan senyuman,” ujar salah satu audiens saat sesi tanya jawab.

Menanggapi hal tersebut, Molen sapaan akrab Walikota Pangkalpinang Maulana Akil pun akhirnya menjelaskan makna mendasar dari ‘Kota Seribu Senyuman’. Kota Pangkalpinang kata Molen selama ini belum memiliki ikon sehingga orang-orang di luar Bangka Belitung tidak tahu dengan ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini.

“Kalok kite keluar dan ditanyak dari urang luar lalu kite jawab dari Pangkalpinang, urang luar dak tahu Pangkalpinang tu di mane, yang mereka tahu cuma laskar pelangi, Belitung, kek Ahok. Sekarang, se-Bangka Belitung siape yang dak tahu dengan ‘Kota Seribu Senyuman’, ni nilai jual kite. Jadi saat dibilang ‘Kota Seribu Senyuman’ urang lah tahu. oh Pangkalpinang,” jelasnya.

Budaya Bangka Belitung menurutnya kini mulai luntur. Identiknya Bangka Belitung adalah orang-orang yang ramah. Ciri khasnya adalah senyum ramah yang selalu dihadirkan kepada semua orang. Tapi dewasa ini, budaya tersebut mulai luntur. Oleh karena itu perlu adanya pelestarian budaya. Salah satu caranya adalah dengan program ‘Kota Seribu Senyuman’.

“Yang katenya urang Bangka ni ramah, kini lah ilang. Dulu asal ditanya, jawab kite ramah betul. Nah sekarang, kalok ditanyak, nunjuk pakek mulut,” jelasnya.

Penulis: Ramsyah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait