Oleh: RIZKY REDHA (Millenials Bangka Belitung)
Sudah hampir satu tahun semenjak Covid -19 hadir di muka dunia, bahkan Indonesia ini sendiri. Pada bulan Maret tepatnya, Indonesia mulai mengkonfirmasi bahwa telah ada dua orang Indonesia yang terdeteksi mengidap Covid-19. Virus yang pada awalnya hanya terjadi di Negara Tiongkok itupun mulai menunjukkan taringnya menyebar ke seantero dunia.
Semua orang pada awalnya hanya santai saja menanggapi hal ini, dari masyarakat kecil hingga kalangan pemerintah yang bahkan mengeluarkan statement bernada masih meremehkan Covid-19. Bahkan karena virus ini dari Tiongkok dianggap tidak akan menjadi sebuah pandemi yang begitu berbahaya bagi negara lainnya, termasuk Indonesia.
Permasalahan di atas mungkin bisa menjadi penyebab awal mula mengapa pandemi ini tidak kunjung berhenti dan cenderung bertambah ganas. Karena diawal kemunculannya semua negara masih meremehkan keberadaaannya dan masih membuka jalur masuk luar negeri sehingga orang masih bebas untuk berganti ganti tempat tanpa ada ketakutan.
2020 telah berlalu dengan kesemrawutan yang terjadi akibat pandemi, mulai dari masalah sosial hingga ekonomi dan menyebabkan kebijakan – kebijakan baru pun bermunculan. Bahkan begitu banyak korban berjatuhan dari mulai masyarakat biasa hingga para tenaga kesehatan yang bekeja keras dari pagi hingga pagi lagi tanpa kenal lelah. Semua bertujuan agar pandemi ini mereda dan tidak sampai kepada orang – orang tercinta.
Pandemi covid -19 ini bukan hanya ujian akan kesehatan saja tetapi juga menjadi ujian keimanan bagi kita semuanya. Kita semua mengetahui bahwa setiap penyakit ada obatnya dan bahkan penyakit merupakan sebagai saran Tuhan memberikan kepada kita perhatian entah itu sebagai penggugur dosa ataupun teguran, yang pasti setiap penyakit memiliki hikmah tersendiri kepada orang yang ditimpanya.
Hingar bingar Covid -19 memberikan dampak besar bagi kesehatan iman dan juga fikiran manusia. Hal ini disebakan oleh informasi yang beredar dan bahkan statement maupun kebijakan pemerintah yang membingungkan sehingaa membuat tekanan yang bertubi–tubi bagi masyarakat. Keadaan kacau ini yang membuat kita harus mampu mengendalikan diri dengan cara beribadah dan selalu berdoa kepada Tuhan. Senantiasa berfikir positif dengan apapun yang terjadi. Karena pandemi yang tidak terlihat ini mampu diatasi dengan cara berfikir postif akan setiap apapun yang terjadi.
Salah seorang tokoh muslim yang terkenal dalam bidang kedokteran, Ibnu Sina atau Avicena mengatakan bahwa “kepanikan adalah penyakit, ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah permulaan dari kesembuhan”. Nasihat dan perkataan Ibnu Sina ini memberikan pengertian kepada kita, bahwa penyakit dan sakit yang kita alami akan bisa diatasi jika senantiasa menjaga iman dan berfikir positif disela berikhtiar dengan obat yang diberikan.
Sudah saatnya kita tidak hanyut dalam keadaan dan hingar bingar yang terjadi akan Covid-19 dan berita hoax yang menyebar. Kita harus sadar dan senantiasa yakin bahwa Tuhan tidak memberikan setiap ujian yang berat kepada kita melainkan atas dasar kemampuan kita sendiri. Semua telah tertakar dan telah tertulis rapi. Tugas kita sebagai manusia adalah bagaimana cara dengan adanya pandemi ini kita senantiasa mjeadi pribadi yang ingat akan ibadah dan senantiasa mendoakan akan fikiran positif semakin banyak bertebaran dan pandemi akan cepat berakhir.
Menjaga kualitas kesehatan iman adalah tugas kita manusia di manapun kita berada. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, selama kita masih percaya kepada akan setiap ibadah dan amal yang kita kerjakan, maka kesehatan itu akan datang kepada kita.
Ketika kita menjaga kualitas iman kita, maka akan banyak yang terselamatkan. Karena dari ketaatan dan keimanan itulah kita mampu menjadi pribadi yang bisa memahami dan juga patuh terkait apapun yang diimbau kepada kita sebagai masyarakat. Ketika hati dan fikiran kita tenang yang bersumber dari keimanan maka orang lain akan merasakan dampaknya. Yang sakit akan semakin membaik, yang sedang berjuang menangani pandemi ini juga akan tertolong karena ketika kita menjaga diri kita, maka kita juga menjaga mereka dan keluarganya di rumah.
Iman dan imun adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam melawan Covid-19. Kedua hal terserbut saling berkaitan dan saling membantu satu sama lain. Ketika kita memiliki iman yang bagus dengan menjalankan setiap ibadah ,maka otomatis hati dan fikiran kita tenang sehingga biasa meningkatkan kualitas imun kita. Hati dan fikiran yang hadir sebagai perwakilan iman merupakan buah dari ketaatan kepada Tuhan, dalam Alqur’an Surah Ar-Ra’d ayat 28 yang artinya: (yaitu) orang –orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.
Imunitas tidak hanya bergantung akan obat–obatan saja. Kekuatan imun seseorang tidak akan mampu didapatkan jika di dalam hati dan fikirannya begitu banyak hal negatif yang bersarang. Apalagi jika otak dan fikiran dipenuhi ddengan bebagai macam hoax dan permasalahan sosial budaya lainnya. Maka untuk melawan Covid-19 ini semua pihak harus bekerja sama untuk memberikan rasa aman kepada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Sehingga baik yang telah terpapar virus maupun yang masih sehat mampu sama–sama berjuang.
Pemerintah harus berkolaborasi antar sesama mereka. Jangan jadikan Covid-19 sebagai ajang politisasi maupun ajang adu narasi siapa yang lebih hebat. Karena hal semacam itu akan menambah permasalahan baru seperti halnya Covid -19 yang menambah kluster baru.
Kita harus mampu memastikan bahwa setiap kita terjaga kualitas imannya dan setiap kita harus menjaga kualitas imunnya. Menjaga diri dengan peraturan yang telah dibuat agar terhindar dari virus serta menjaga iman agar senantiasa mampu terus berfikir positif dan tenang dalam fikiran. Ketika iman dan imun ini mampu diatasi, maka kita tidak hanya membantu diri sendiri terhindar dari Covid-19 ini, tetapi kita juga turut membantu pemerintah, tenaga medis dan relawan lainnya mengatasi penyebaran Covid-19 yang semakin hari semakin memprihatinkan.
Sudah saatnya kita saling peduli dan bergandengan tangan, saling mengingatkan akan betapa pentingnya kita memiliki iman dan imun yang baik untuk tubuh. Pada saat ini hanya kita yang mengetahui sejauhmana kualitas iman kita dan sejauhmana kualitas imun kita. Sehingga yang mampu menolong diri sendiri dan bisa menjaga kerabat serta orang lain yang berinteraksi dengan kita adalah diri kita sendiri juga.
Iman dan imun bukan permasalahan akan siapa yang paling pintar, siapa yang paling sholeh dan siapa yang paling kuat. Kedua hal ini merupakan salah satu aspek penting dalam menyelamatkan kita dan orang lain dari virus Covid-19. Iman dan imun adalah dua hal yang sangat penting dimiliki dan terjaga untuk melawan penyebaran virus Covid-19 ke dalam tubuh kita. Kita yang iman dan imunnya masih kuat sangat diharapkan untuk mampu dan bisa membantu mereka yang sedang berjuang melawan Covid-19 dalam dirinya. Kita yang masih kuat iman dan imunnya juga diharapkan mampu membantu pemerintah, tenaga kesehatan serta relawan lainnya dalam berjuang melawan virus Covid-19 ini. Entah itu dengan cara apapun baik materil maupun moril. Dukungan dari kita yang masih sehat sangat dibutuhkan, karena melalui dukungan itulah setiap orang yang sedang berjuang melawan Covid-19 akan merasa diberikan kekuatan serta energi positif yang besar, sehingga mereka bisa sehat dan bertemu keluarga kembali.
Mari jaga iman dan imun kita semua agar pandemi ini segera berlalu.