Perpustakaan adalah jendela wawasan keilmuan dengan kata lain sebagai rumah dari jendela mengenal dunia, istilah ini yang semakin hari semakin hilang diera sekarang.
Kesunyian yang semakin terasa, teralami, dan terabaikan. Suasana yang sunyi mencekam dijendela wawasan ku, rumah keilmuan ku sangat terasa, percaya atau tidak inilah realitas sekarang. Perpustakaan sekolah terkadang seperti hal yang menakutkan dimata para generasi yang mulai menumbuh dengan kecanggihan teknologi.
Melihat kondisi para generasi teknologi saat ini yang lebih menurunkan minat membaca dan meningkatkan aktivitas gadget sehingga membuat suasana perpustakaan ku seperti mati suri tanpa satupun yang menyentuh benda-benda sumber keilmuan tersebut.
Ditempat itu terdapat banyak benda tak bergerak yang penuh dengan wawasan keilmuan, merindukan ada belaian tangan agar mereka bisa merasakan betapa berharganya mereka dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi fakta berbicara lain, detik demi detik waktu berjalan, lalu hari demi hari terlewatkan bahkan mingu demi Minggu, bulan ketemu bulan mereka belum menemukan sentuhan itu. Sehingga mereka merasa dihiasi dengan debu-debu yang membuat keruh sampul-sampul kecantikan mereka.
Rindukah?
Mungkin ini pertanyaan yang dilontarkan oleh pengiat literasi sekolah.
Lalu siapa yang bertanggungjawab?
Tidak hanya peserta didik yang bertanggung jawab untuk mengunjungi perpustakaan ku, akan tetapi para tenaga pendidik pun harus bertanggung jawab dan memberi contoh kepada peserta didik untuk lebih giat membaca guna meningkatkan kemampuan literasi.
Lalu, kemanakah Marwah Perpustakaan Sekolah saat ini, permasalahan ini menjadi tantangan kita bersama guna meningkatkan literasi sekolah dalam menunjang proses pendidikan untuk meningkatkan gerakan literasi sekolah. Jika kita berpikir sederhana saja sebenarnya sangat banyak manfaat adanya perpustakaan sekolah salah satunya melalui perpustakaan juga bisa diciptakan kelompok kecil (peer group) pegiat/pecinta membaca, menulis hingga melahirkan karya tulis serta program kreatif lainnya berupa gerakan donator buku dan lain sebagainya.
Marilah kita kembalikan eksistensi / Marwah Perpustakaan sekolah kita, agar jendela wawasan ini berguna sebagai tempat menambah wawasan keilmuan baik bagi siswa, guru dan masyarakat umum.
Bila buku adalah jendela dunia, maka perpustakaan adalah rumahnya. Dan sekolah, harusnya, menjadi jalan yang membimbing manusia menuju rumah tersebut. Marilah kita kembalikan eksistensi mereka, karena kita semua bertanggung jawab dalam meningkatkan gerakan literasi sekolah.
Ini hanya catatan kecil kerinduan, keprihatinan terhadap sepinya perpustakaan ku.
Penulis : Sang Perindu