Penulis : Denny JA
Bung, aku teringat padamu
Saat itu di sebuah sore
Kau bawa cerita
Puluhan tunanetra
Ingin tamasya ke pantai
Rasakan asinnya air laut
Merayakan persahabatan
Kau jemput mereka
menyewa lima mikrolet
Tamasya ke Ancol
Memanggul gitar
Tak lupa bekal nasi dan rendang
“Mereka senang sekali, bro,” ujarmu
Bermain air laut
Bernyanyi,
Berjoget,
Mereka lepas”
Ujarmu:
“Walau mata mereka buta
Tapi hati mereka peka,
Tak terasa bro,
Dua puluh tahun sudah
Aku menemani mereka.”
Bung, aku teringat padamu
Tentang kisahmu yang lain
Pernah kau temani belasan tunadaksa
menonton film di bioskop
Tapi bioskop tidak dibuat untuk mereka
Tak ada tempat untuk kursi roda
Tangga- tangga di bioskop
Tak bisa dilalui kursi roda
“Tapi kita tetap di sana, bro
Menjadi tontonan banyak orang
Ini aksi Demo dalam diam,” ujarmu
Bung, aku teringat padamu
Ujarmu saat itu
Bahkan masjid juga lupa
Menyediakan tempat untuk kursi roda
Dirimu mencari jalan
menemani belasan tunadaksa
sholat di ruang parkir saja
Mencoba khusyuk di sana
Menerima apa yang ada
“Kita memang sholat, bro,
Kursi roda berjajar
Dilihat orang banyak
Sekaligus, kita aksi protes,”
Bung, aku teringat padamu
Ketika orang orang sibuk mengejar kuasa
Ketika waktu habis menumpuk harta
Terasa betapa berharga
Punya hati yang memberi
Punya jiwa yang berjuang
Punya nurani yang menemani
Walau dengan cara yang sederhana.
Bung, aku teringat padamu.
Teringat burung dengan sayap seadanya
Namun selalu ingin terbang tinggi
Lebih tinggi lagi
Febuari 2020