Merawang, Swakarya.Com. Untuk mendorong pengembangan pembagunan berkelanjutan dan inovasi dalam bidang pendidikan terhadap sumberdaya alam, Kementerian LHK bantu siapkan lahan praktikum bagi Universitas Bangka Belitung (UBB).
Rencana baik tersebut, disampaikan langsung Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Kementerian LHK, Dr Ruandha Agung Soegardiman kepada Rektor UBB Dr. Ibrahim di Kampus UBB sebelum memberikan kuliah umum, pada Senin (29/8/2022).
Dirjen Ruandha memberikan instruksi kepada Heru Wibowo dari BPKH Bangka Belitung untuk berkoordinasi dengan Rektor dalam upaya percepatan pelaksanaan rencana tersebut. Khusus lokasinya, di Bangka salah satu alternatifnya di kawasan Batu Rusa, Merawang yang potensi luasnya, berdasarkan BPKH Babel ada sekitar 800 hektar. Sedangkan untuk lokasi kampus UBB di Belitung, di kawasan Tanjung Rusa, Membalong yang lokasinya sudah sempat dimohonkan oleh salah satu lembaga penelitian oleh Belitung Biodiversity Observer Foundation, seluas 1000 hektar.
”Dari luasan yang dimohonkan itu, alokasikan untuk kampus UBB di Belitung, sedangan untuk luasnya disamakan dengan luas kampus UBB di Bangka,” pinta Dirjen Ruandha.
Sementara itu, dalam acara kuliah umum yang berlangsung di rungan Balai Besar Peradaban (BBP), Ruandha menyampaikan materi dengan tema implementasi FOLU Net Sink 2030 dalam menambah luasan tutupan lahan sebagai salah satu strategi pengendalian perubahan iklim.
Diawal pemaparannya, beliau menyampaikan tentang perubahan iklim, dimana dampak yang dirasakan ialah semakin meningkatnya temperature di Bumi.
“Akibatnya adalah dengan semakin meningkatnya panas bumi, maka es di kutub akan mencair dan membuat permukaan air laut meningkat,” ungkapnya.
Sedangkan Rektor UBB Dr. Ibrahim, M.Si menyampaikan dalam sambutanya, ketika bicara tentang kelestarian lingkungan, UBB sudah dari pertamakali berdiri mendorong untuk menerapkan pembangunan berkelanjutan.
“Karena kita sadar betul bahwa Bangka belitung merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya timah, hanya saja kekayaan itu akan diimbangi dengan perdebatan dua isu penting, yaitu antara perumbuhan ekonomi dan pelestraian lingkungan. Ini merupakan langkah kita dalam memperhatikan keberlangsungan lingkungan,” ujarnya.
Ibrahim juga sempat menyingung tentang mahasiswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi bisa dikatakan merupakan suatu proses dari seleksi alam. Dimana hanya 15% dari lulusan SMA/SMK/MA yang melanjutkan ke perguruan tinggi, jika dibandingkan dengan rata-rata nasional yang berada pada 30%, bearti Bangka Belitung berada di bawah angka rata-rata nasional.
“Makanya, para mahasiswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi merupakan lolos seleksi alam, karena mereka tidak tergoda untuk segera mendapatkan penghasilan sendiri, tidak tergoda untuk segera menikah. Karena pada dasarnya kekayaan alam yang ada di Bangka Belitung membuat kita tergoda untuk mendapatkan penghasilan sendiri, hingga membuat mereka tidak berniat melanjutkan ke perguruan tinggi,” ungkapnya.
Selan itu, jika dikaitkan dengan permasalahan lingkungan di Bangka Belitung, memang pada dfasarnya tidak dapat dipisahkan dengan kondisi pertambangan timah, berdasarkan data BPS menjadi profesi nomor dua sebagai pekerjaan yang di geluti di Bangka Belitung disamping perkebunan yang utama.
“Solusinya dengan cara dari sisi atas mulai mengurangi sedikit produksi yang tidak sesuai dengan kaidah lingkungan hidup, tetapi dari sisi bawah kita mendorong sektor ekonomi alternatif dan gerakan penyadaran, kalau ini bisa ketemu di tengah, maka dapat dinyatakan kita bisa menghindari teori kutukan sumberdaya alam,” tambahnya lagi.