23 Kontingen RSJ se-Indonesia Ikuti Porkesremen di Sungailiat

*Direktur Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. Anung SugiantonoIa berharap melalui kegiatan ini pemahaman masyarakat dapat semakin meningkat, sehingga dapat mengurangi stigma terhadap kesehatan jiwa maupun bagi gangguan jiwa seseorang.

Bangka, Swakarya.Com. Sebanyak 479 peserta dari 23 kontingen Rumah Sakit Jiwa se-Indonesia mengikuti Pekan Olahraga Kesenian Rehabilitasi Mental (Porkesremen) dan Jambore Kesehatan Jiwa ke-VII tahun 2019 di Sungailiat. 

Kegiatan yang dibuka Gubernur Babel, Erzaldi Rosman di lapangan Bina Satria Sungailiat, Kamis (3/10) diharapkan para peserta yang bertanding merasa senang dengan keindahan alam yang dimiliki pulau ini. 

“Kami yakin dan percaya, semua peserta Porkesremen akan senang datang di Kepulauan Bangka Belitung ini. Senang hatinya dan senang mental dengan melihat pantai, gunung dan mencicipkan rasa keindahan alam di Babel ini,” katanya.

Gubernur juga berharap, kegiatan yang diperlombakan di Babel ini membawa dampak positif dan manfaat bagi masyarakat luas. 

“Semoga Porkesremen ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dalam mencegah atau mengobati para rehabilitasi dan untuk bunuh diri dapat menurun dan teratasi,” katanya.

Salah satu kontingen Poskesremen dari RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktur Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit RI, dr. Anung Sugiantono menyampaikan, sehat jiwa dan sehat mental bagian mendasar dari kehidupan seseorang serta perlu mendapat perhatian dari kita semua, seperti masalah kesehatan jiwa yang pada dasarnya gangguan jiwa dapat dicegah dan dapat ditanggulangi secara maksimal.

“Dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap individu, maka keluarga,masyarakat dan pemerintah daerah haruslah mempunyai tanggung jawab untuk melakukan upaya mendasar seperti promotif, prefentif, kuantatif dan aplitatif,” katanya.

Tapi menurut dia, semua itu harus dimulai dari bawah yakni keluarga yang memiliki peran penting dalam mengatasi gangguan kejiwaan yang dialami oleh anggota keluarganya. 

“Jika itu dibiarkan, dampaknya akan sangat buruk sekali yang mana penderita gangguan jiwa ini dapat mencetuskan rasa ingin bunuh diri. Apalagi angka bunuh diri cendrung meningkat diseluruh dunia, akhir pekan ini,” katanya.

Untuk itu, pemerintah membangun rumah sakit jiwa dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan. 

Namun menurut dia, bentuk pelayanan saja dianggap belum cukup untuk melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan, akan tetapi semua itu akan terlihat cukup ketika pelayanan itu berkunjung dan bersosialisasi dengan masyarakat. 

“Untuk memberikan pemahaman berupa skrining,sekaligus menemu kenali sejak dini dalam memberikan pengobatan yang maksimal. Dengan upaya-upaya agar bunuh diri tidak terjadi di masyarakat,” katanya.

Ia berharap, melalui kegiatan ini pemahaman masyarakat dapat semakin meningkat, sehingga dapat mengurangi stigma terhadap kesehatan jiwa maupun bagi gangguan jiwa seseorang.

“Sekaligus mendorong kontribusi masyarakat untuk mengginginkan produktifitas rehabilitasi dalam mengurangi ketergantungan kepada orang lain. Selain itu dapat memperkuat kerjasama antara institusi pelayanan kesehatan dan memberikan jejaringan pelayanan antar satu daerah dengan daerah lainnya,” katanya. (Lio) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait