Ini Kata Mahasiswa STAI Al-Hikma Jakarta, Soal Covid-19 di Indonesia

Jakarta, Swakarya.Com. Nur Halimah Mahasiswa STAI Al-Hikmah Jakarta mengatakan bahwa Pandemi Covid-19 tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa saja, tetapi anak-anak pun ikut merasakannya. Bahkan, anak lebih mudah stress akibat pandemi.

Seperti yang kita ketahui, anak lebih suka bermain dengan teman-temannya. Namun dalam kondisi pandemi seperti ini, anak tidak dapat bermain lagi dengan temannya karena mereka dibatasi dalam bermain dan hanya bermain di rumah saja. Pembatasan interaksi sosial ini dilakukan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

“Keputusan pemerintah untuk melakukan pembatasan interaksi sosial ini berdampak di berbagai sektor kehidupan, seperti sektor ekonomi, sosial dan termasuk juga sektor pendidikan,” ujar Halimah pada 18 Desember 2020.

Berbicara tentang pendidikan, UNESCO menyatakan hampir 300 juta siswa didunia terganggu kegiatan belajarnya di sekolah. Kondisi ini juga terjadi di Indonesia.

Seluruh kegiatan penyelenggaraan pendidikan di semua tingkatan, lembaga pendidikan non formal, hingga perguruan tinggi harus dihentikan untuk sementara demi mencegah meluasnya penyebaran virus Covid-19.

“Saat ini kegiatan belajar-mengajar dilakukan di rumah atau biasa disebut dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kegiatan ini adalah hal yang tidak biasa terutama bagi orang tua. Dalam hal ini orang tua memiliki peran yang cukup penting, karena orang tua harus mendampingi anaknya pada saat pembelajaran berlangsung,” jelasnya.

Namun, saat ini banyak orang tua yang kesulitan dalam mengajarkan anaknya belajar di rumah, karena biasanya orang tua menyerahkan anaknya ke sekolah untuk belajar dan tidak tahu menahu mengenai pelajaran anaknya di sekolah.

“Sehingga ketika pembelajaran dilakukan di rumah mereka merasa kesulitan dalam mengajari anaknya. Ditambah lagi aktifitas orang tua di rumah yang begitu banyak seperti memasak, membereskan rumah, dll., membuat orang tua sangat kualahan dengan kondisi seperti ini,” ungkapnya.

Kondisi ini juga membuat anak merasa bosan dan tidak nyaman, karena anak tidak dapat bertemu dengan teman-temannya dan tidak paham jika orang tua yang mengajarkan mereka.

Biasanya anak mendapatkan penjelasan yang lengkap dari gurunya sehingga mereka mudah memahami pelajaran yang diajarkannya, tetapi kali ini anak diajarkan langsung oleh orang tuanya.

“Beberapa orang tua ada yang bisa mengajarkan anaknya belajar di rumah, tetapi tidak sedikit orang tua yang tidak bisa bahkan tidak sanggup mengajarkan anaknya sehingga tidak jarang orang tua marah kepada anaknya. Jika hal ini terjadi dalam waktu yang panjang (setiap hari), tentu dapat merusak kesehatan mental pada anak,” tuturnya.

Agar kesehatan mental pada anak tetap terjaga selama pandemi, maka orang tua harus membuat suasana rumah menjadi menyenangkan, sehingga anak betah atau nyaman bermain dan belajar di rumah. Jika anak merasa senang dan bahagia, maka tentu kesehatan mentalnya akan terjaga.

“Karena, anak merasa berada dalam lingkungan yang aman, merasa diperhatikan, disayang, dihargai dan dipercaya oleh orang-orang disekitarnya. Ditambah lagi orang tua harus sabar dalam menghadapi anaknya ketika sedang melakukan PJJ,” tegasnya.

Suasana seperti ini dapat menjaga kesehatan mental dan membuat anak semangat dalam belajar, karena mereka dapat bertanya, bercerita atau menyelesaikan masalahnya serta memiliki hubungan yang baik dengan orang lain.

“Tak hanya itu saja, menjaga kesehatan mental anak juga bisa menghindarkan anak dari kejadian yang traumatis dan sedih, atau menghindari kejadian anak mudah marah yang berlebihan secara terus-menerus, merasa sangat cemas, ketakutan, atau mimpi buruk,”pungkasny

Penulis: Azhar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *