Toboali, Swakarya.Com. Provinsi Bangka Belitung (Babel) selain dikenal sebagai kepulauan Timah, Babel juga diakui sebagai penghasil komoditi pertanian lada kualitas terbaik di dunia.
Berkenaan dengan Babel yang memiliki lada kualitas terbaik, tetapi tidak menjamin kesejahteraan petani lada Babel ikut menjadi baik. Hal ini dikarenakan harga lada kian hari kian merosot. Kondisi seperti ini membuat biaya produksi lebih mahal dibandingkan harga jual.
Disampaikan Redi Juniyadi, selaku Sekretaris Umum (Sekum) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Babel angkat bicara soal itu, ia mengatakan kondisi harga jual tidak sesuai dengan harga produksi.
“Sebagai mahasiswa yang juga anak dari seorang petani lada, saya tahu betul bahwa biaya produksi lada sekarang rata-rata Rp. 80.000 perkilogram, kondisi ini tak sebanding dengan harga jual yang berkisar Rp. 47.000 perkilogram, ini tentunya membuat para petani merugi,”. Tuturnya kepada awak media pada 24 September 2019.
Melihat keadaan yang demikian, Redi pun menagih janji Gubernur provinsi Babel.
“Dahulu dalam visi-misi pak Erzaldi (Gubernur Babel), beliau pernah berjanji mau mengembalikan kejayaan lada Babel, namun sudah hampir 2,5 tahun beliau memimpin janji itu belum kunjung terealisasikan,”. Ujarnya
Lebih lanjut, Redi mengatakan tepat pada hari ini peringatan Hari Tani yang diperingati setiap tahunnya pada 24 September ini adalah bagaimana memperjuangkan hak-hak para petani itu sendiri, lebih khususnya petani lada Babel
“Kondisi petani lada di Babel saat ini jauh dari kata sejahtera, hal ini harus menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi pemerintah provinsi Babel untuk membuat petani Lada kembali berjaya, sebagaimana janji pak gubernur dulu,”. Tutupnya.
Penulis : Tahir