Pangkalpinang, Swakarya.Com. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi perikanan, melihat peluang ini Ratna mengolah hasil perikanan menjadi makanan ringan. Olahan ikan yang dibuat Ratna yakni kemplang dan ampiang.
Kemplang dan ampiang merupakan makanan khas Babel yang memiliki cita rasa yang gurih. Cemilan ini tidak hanya menjadi cemilan, tapi juga enak disantap sebagai teman makanan berat seperti nasi, bakso dan lainnya.
Makanan yang terbuat dari olahan ikan yang bercampur dengan sagu ini semula hanya terbuat dari ikan. Namun, belakangan Ratna mulai mengkreasikan tidak hanya dari ikan, tapi juga dari udang dan cumi.
Memulai usahanya sejak 12 tahun silam, usaha Ratna pasang surut. Keterbatasan modal dan juga peralatan menjadi kendalanya.
“2014 saya mulai usaha buat kemplang ikan. Waktu itu memang seadanya, beli ikan cuma 5 kg paling banyak 10 kg, karena belum ada freezer untuk menyimpan ikan. Itupun numpang di kulkas orang tua kalau kulkas saya penuh,” ceritanya.
Untuk itu, dirinya hanya bisa memproduksi kemplang dan ampiang sekala kecil. Di Tahun 2016 dirinya mulai mengetahui PT Timah Tbk melalui CSR nya. Berniat mengembangkan usahanya, Ratna memanfaatkan Program Pendanaan Usaha Mikro Kecil (PUMK) untuk menambah modal usaha.
Setelah mendapatkan pinjaman modal dari PT Timah Tbk, dirinya bisa membeli freezer untuk menyimpan lebih banyak stok ikan. Membeli mesin giling ikan dan peralatan lainnya. Sehingga produksinya semakin meningkat.
Semakin banyak yang mengenal produknya, permintaannya juga semakin meningkat. Akhirnya setelah melunasi satu tahun pinjamannya, Ia kembali memanfaatkan program PUMK PT Timah Tbk untuk kembali menambah alat produksinya.
“Alhamdullillah satu tahun lunas, setelah itu pinjam lagi. Saya tambah beli freezer lagi, jadi lebih banyak bisa stok ikan, ya berkat modal dari PT Timah saya bisa nambah alat dan kembangkan usaha,” katanya.
Saat ini dirinya bisa memproduksi 7-12 kg ampiang dan kemplang perhari. Tak ada kendala sebetulnya dalam menjalankan usahanya. Hanya saja dalam membuat kemplang dirinya masih tergantung sinar matahari. Pasalnya kemplang harus dijemur dulu.
“Saya belum punya alat untuk mengeringkan kemplang, jadi masih bergantung matahari. Kalau panas itu 2 hari bisa kering, kalau hujan bisa 3-4 hari. Kadang kalau hujan itu bisa jamuran, itulah saya kepengen punya alat pengering kemplang,” katanya.***