Karya : Ari Juliansyah
Daun mulai mengering
Kuningnya rimba tak berair
Perihatin pun tak cukup
Nestapa pecaping duduk berpikir
Bergumam dalam hati
Kekesalan menguat dalam kemayut nadi
Memerah rekah laksana emosi berbara
Masa depan anak pecaping bertaruh
Hidup untuk bertahan
Mati untuk menyerah
Tak ada alasan untuk berteriak
Lantang…
Diam bukan penolakan
Namun surut pun takkan bertepi
Lihat si untaian bundar
Hitam dan putih tetap terpuruk
Menyusul nasib si getah putih
Harapan si caping hanya mata air dalam batu
Ada dan kemustahilan
Pemuda ingin bergerak
Serentak laksana panji-panji menggelepar
Apa daya lawan penguasa
Si untaian bundar tetaplah terpuruk
Gumam dalam hati…
Dia tetaplah nestapa si pecaping malang
Akar problematika tak kunjung usai
Memecah mata rantai amatlah sulit
Sebab lahir dari rahim kapitalis
Pukul mundur..
Diam melarat
Pasrah pun merugi
Sebab anak bertaruh
Melawan kerasnya zaman
Pemuda desa pun tak hirau
Kemanakah ia bersandar
Oohhhh
Malangnya kau si untaian bundar