Terendah di Sumatera, Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung Hanya 1,35 Persen Kuartal I Tahun 2020

*Perekonomian Babel Terendah di Sumatera, Hanya Mencapai 1,35 Persen

Sungailiat, Swakarya.Com. Dampak Covid 19 mulai terlihat dari capaian kinerja perekonomian di beberapa daerah di Indonesia termasuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada kuartal I Tahun 2020 hanya 1,35 persen.

Pertumbuhan ekonomi tertinggi ditempati oleh Sumatera Selatan sebesar 4,98 persen, Sumatera Utara sebesar 4,65 persen dan Sumatera Barat 3,92 persen. Provinsi dengan pertumbuhan terendah lainnya adalah Provinsi Jambi hanya sebesar 1,65 persen dan Provinsi Lampung hanya 1,73 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) Bangka Belitung merilis pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada acara diskusi regional daring dengan tema “Dampak Covid-19 terhadap Perekonomian Bangka Belitung yang diselenggarakan oleh STISIPOL P12 bekerja sama dengan Bank Indonesia dan Bappeda Kabupaten Bangka pada hari Rabu tanggal 6 Mei 2020.

Kabid Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statitik Oktarizal mengatakan secara kuartalan atau dibandingkan dengan kuartal IV/2019, pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tercatat hanya 1,35 persen pada kuartal I/2020.


“Pergerakan pertumbuhan ekonomi juga terjadi pada triwulan I/2020 dialami beberapa daerah di wilayah sumatera yang perlambatannya cukup dalam. Triwulan I/2020 pertumbuhan ekonomi wilayah Sumatera masih tumbuh 3,25 persen,” ujarnya, Selasa (6/52020).

Perlambatan pertumbuhan ekonomi terjadi di beberapa daerah, Indonesia bahkan global. Menurut Oktarizal, kontraksi ekonomi akibat penerapan kebijakan pembatasan aktivitas fisik dan wilayah yang ditempuh oleh beberapa negara dan daerah untuk membendung penyebaran virus corona.


Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung triwulan I-2020 terkontraksi cukup dalam sejalan dengan pergerakan indikator-indikator ekonomi strategis yang memperlihatkan tren menurun. Penurunan terjadi pada industri pengolahan, pertambangan dan penggalian.

Distribusi terbesar terhadap struktur perekonomian didorong oleh sektor pertanian, industry pengolahan, perdagangan besar, dan eceran, reparasi mobil, motor dan sepeda. Sementara sektor jasa dan kegiatan sosial serta informasi dan komunikasi dan pengadaan air memiliki pertumbuhan tertinggi.


Berdasarkan komponen pengeluaran pertumbuhan ekonomi melambat seiring pelemahan daya beli masyarakat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang melambat.

“Perkembangan harga jual produk pertanian masih lemah berdampak pada pendapatan masyarakat. Pelambatan dari sisi pengeluaran juga terjadi pada pengeluaran konsumsi
Sementara dari sisi produksi, pertanian terutama perikanan tangkap masih tumbuh positif,” ujarnya

Hal ini karena ikan termasuk kebutuhan pangan masyarakat yang tetap diminati terutama di pasar domestik. Begitu pula sektor komunikasi dan informasi tumbuh positif karena banyaknya aktivitas masyarakat dilakukan secara online yang mendorong penggunaan jasa internet.

“Diharapkan pemerintah daerah dapat merepons dampak Covid-19 untuk melakukan percepatan pemulihan ekonomi dengan mengembangkan beberapa sektor strategis daerah. Dampak Covid-19 juga menjadi momentum bagi pemerintah daerah untuk memperkuat ketahanan pangan daerah dari ketergantungan dengan daerah lain,” ungkap Oktarizal. (Rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait