Pangkalpinang, Swakarya.Com. BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Bangka Belitung menggelar seminar bulanan dengan mengangkat tema “Tambang Timah di Wilayah Kota: Dari Peta Masalah, Regulasi dan Strategi Penyelesaian Konfliknya” yang berlangsung di Metting Room Utama Pia Hotel Pangkalpinang, Sabtu (22/2) kemarin.
Rangkaian seminar yang berlangsung satu hari tersebut menghadirkan pembicara berkompeten di bidangnya, diantaranya Walikota Pangkalpinang, yang dalam kesempatan tersebut diwakili oleh Sarbini selaku Staf Ahli bidang perekonomian, Kapolres Pangkalpinang yang diwakili Aprizal, S.H., dari Kanit II Tipiter Sat Reskrim, Aditya, S.H selaku aktivis NGO yang konsen di bidang lingkungan hidup, dan Dr.Dwi Haryadi, S.H., M.A., selaku perwakilan akademisi dari Universitas Bangka Belitung (UBB) dan kegiatan ini dimoderator oleh Rendy Hamzah, M.A dosen Ilmu Politik UBB.
Kegiatan seminar ini dihadiri ratusan peserta dari berbagai latar belakang, baik mahasiswa, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dari berbagai organisasi sosial masyarakat, dan juga para akademisi di wilayah provinsi Babel.
Dekan FISIP UBB, Dr.Dr.Ibrahim, S.Fil., M.Si., saat membuka seminar itu mengatakan bahwa dirkursus pertambangan tetap menjadi isu serius dan strategis, sehingga tetap perlu mendinamisasi masalah tersebut dalam mimbar-mimbar akademik dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik policy maker, pelaku kebijakan, penegak hukum, dan akademisi.
“Ikhtiarnya tentu untuk memperkuat komitmen moral dan kemitraan strategis semua pihak agar selalu bersinergi menuntaskan persoalan ekstraktif secara tepat dan solutif, terlebih yang terjadi di wilayah perkotaan. Oleh karena itu, tentu tidak bisa berjalan sendiri-sendiri”, ungkap Dr.Ibrahim. Ditambahkannya, Selaku Dekan, ia sangat menyambut apresiatif atas gelaran seminar ilmiah ini.
Gubernur BEM FISIP UBB, Garynidra juga mengaku bahwa seminar ini menjadi agenda rutin dan sangat penting untuk menjadi momentum pencerahan dan penguatan cakrawala berpikir mahasiswa, sekaligus juga menjadi arena untuk merespon berbagai isu-isu publik terkini yang perlu segera dicarikan solusinya.
“Semoga melalui kegiatan seminar ini bisa memunculkan kembali semangat dan keseriusan semua pihak untuk bisa menuntaskan persoalan secara tepat dan responsif,” jelasnya.
Pada seminar tersebut, Sarbini selaku narasumber mengungkapkan bahwa masalah pertambangan menjadi seperti ‘buah simalakama’ dan dilema bagi Pemkot Pangkalpinang, padahal sudah jelas core bisnis kita di Kota Pangkalpinang yaitu sebagai pusat layanan jasa dan pariwisata sehingga harusnya tidak ada ruang untuk tambang.
Tapi, bagaimanapun juga, Pemkot Pangkapinang tetap melakukan berbagai upaya, termasuk langkah persuasif, dan dukungan dari sisi anggaran dan teknik solutif untuk menyelesaikan persoalan tersebut di lapangan.
Termasuk juga dengan langkah kebijakan yang sudah dan terus dilakukan yaitu penguatan ekonomi berbasis UMKM dan ekonomi kreatif di wilayah perkotaan. (Rls)
Editor : Tahir