Jakarta, Swakarya.Com. Para penulis dan penyair membuat program yang unik merespon merebaknya pandemik virus corona. Mereka merekam suasana batin pandemik corona sekaligus berderma.
Penting para penyair dan penulis mengeksplor dan menggali aneka kisah yang menyentuh,” kata Denny JA, Rabu (1/4). Dalam hidup, lanjut penggagas puisi esai ini, mungkin hanya sekali saja generasi ini mengalami pengalaman tragis seperti pandemik virus corona. Ini akan menjadi karya abadi yang akan dirujuk generasi mendatang.
Menurut Denny, puisi esai mini sangat sesuai untuk keperluan di atas. Puisi esai memfiksikan true story, true event, peristiwa sebenarnya. Ini, menurut Denny, berbeda dengan jurnalisme biasa. Puisi esai lebih masuk pada dimensi interior, sisi psikologis para pelaku.
Namun puisi esai berbeda pula dengan puisi biasa. Puisi esai berangkat dan memfiksikan kisah sebenarnya. True event itu, kata Denny, berikut sumber beritanya tetap disertakan dalam catatan kaki. Ini puisi dengan catatan kaki layaknya paper ilmiah. Kata mini di belakang puisi esai menunjukkan panjang puisi tak melebihi 5000 karakter.
Denny JA sendiri merekam kisah seorang suami yang istrinya meninggal karena virus corona. Ia mengangkat betapa terpukul sang suami. Ia tak boleh memeluk mayat istrinya, dilarang memandikan, tak boleh mencium keningnya, dan dilarang membopong jenazah masuk ke liang lahat.
Bahkan dengan sudah disusunnya protokol pemakaman, sang suami juga diminta tak perlu menghadiri pemakaman istri, yang dilaksanakan di subuh hari. Walau sudah menjadi jenazah, tubuh istrinya masih bisa menularkan virus corona.
Sementara penyair lain menceritakan kisah perawat virus corona yang akhirnya meninggal dunial. Ada pula kisah potret kota Jakarta yang seperti kota mati. Ada yang menceritakan korban yang sudah siap mati tapi malah bisa sembuh. Ada yang menceritakan kisah pribadi yang harus menunda pernikahan.
Panitia program ini: Kelompok Studi Proklamasi dan IKATISA31 menyediakan Facebook untuk aneka penyair atau penulis mengirimkan karya. Nama facebooknya: Berderma melalui Puisi Esai Mini.
Tak hanya penulis dari Indonesia. Bahkan direncanakan penyair dan penulis negara ASEAN akan ikut serta.
Tak hanya menampung puisi esai, panitia juga memberikan derma. Akan dipilih 50 puisi esai mini dari 50 penulis yang dianggap berhasil merekam batin zamannya.
Hadiah uang untuk penulis yang terpilih, akan dibelikan APD (Alat Perlindungan Diri). APD segera diserahkan kepada tenaga media. Nama penulis yang terpilih akan dituliskan sebagai pemberi bantuan tersebut.
“Ini kepedulian penulis dan penyair di era virus corona. Mereka tak hanya merekam momen tragedi ini dalam puisi. Mereka juga berderma,” kata Denny. (Rls)
Editor : Tahir