BKKBN Babel Gelar Sosialisasi Advokasi dan KIE Program KKBPK

Bangka Tengah, Swakarya.Com. Kantor Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggelar kegiatan Sosialisasi Advokasi dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Program KKBPK (Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga) dengan mengangkat tema “Pembangunan Keluarga Sebagai Langkah Strategis dalam Peningkatan Kualitas Hidup Manusia”, bertempat di Santika Hotel, Bangka Tengah, Senin (18/11).

Acara tersebut dihadiri turut dihadiri Wakil Gubernur Babel Abdul Fatah, Kepala BKKBN Babel Etna Estalina, para narasumber Drs. Agus Sukiswo dan Dr Nazif, SpOG, serta dari berbagai instansi dan para kader BKKBN se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).

Foto bersama usai kegiatan.

Wakil Gubernur Babel, Abdul Fatah dalam sambutannya mengatakan, hasil SKAP Tahun 2018 menunjukkan bahwa petugas sumber informasi kependudukan tertinggi berasal dari guru, yakni sebesar 84,8%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yakni sebesar 75,3%.

Sementara sumber informasi kependudukan dari institusi sebesar 19,6% berasal dari kelompok masyarakat.

“Karenanya pada hari ini sasaran utama dari kegiatan sosialisasi ini adalah guru serta mitra dan kelompok masyarakat,”. Tuturnya.

Dengan demikian menurut Abdul Fatah, kegiatan Sosialisasi Advokasi dan KIE program KKBPK bersama stakeholder, komunitas dan mitra kerja menjadi sangat penting, dan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan pembangunan keluarga sebagai langkah strategis dalam peningkatan kualitas hidup manusia.

Sementara itu, Inspektur Utama BKKBN Drs. Agus Sukiswo, Ak.,M.M, CA., C.FrA., QIA, dalam materinya menyampaikan tentang Kebijakan dan Pelaksanaan Program KKBPK.

Ia menjelaskan berbagai isu strategis dalam pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola kependudukan seperti, Bonus Demografi, Aging Population, Pendekatan Siklus Hidup Berbasis Perencanaan Hidup Berkeluarga, dan Satu Data Kependudukan.

“Isu strategis yang kedua pemenuhan layanan dasar, seperti Angka kematian ibu dan bayi, rendahnya pemahaman remaja tentang kespro dan penyiapan kehidupan berkeluarga dan kebutuhan ber-KB yang tidak dapat terlayani stunting,”. Paparnya.

Penulis: Tahir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait