Penulis: Fakhruddin Halim
Swakarya.Com. Nafas sebuah usaha adalah inovasi. Berhenti berinovasi berarti satu usaha menunggu mati. Apalagi di tengah situasi yang semakin tidak menentu akibat badai penyebaran wabah virus Corona yang kian menjadi. Hal ini berdampak pada seluruh sektor termasuk Usaha Kecil Menengah Mikro (UKM).
Mau tidak mau, suka tidak suka pelaku UMKM harus secara cepat menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Inilah momentum yang tepat pula bagi pelaku UMKM untuk “merevolusi” unit usahanya.
Soal UMKM inilah yang menjadi topik menarik yang menjadi bahasan utama dalam diskusi via aplikasi zoom, Jumat/24/04/2020-siang.
Ada Gubernur Kepualauan Bangka Belitung Dr.H.Erzaldi Rosman, SE.MM, Ketua Dekranaska Babel Melati Erzaldi, CO Founder OK OCE Dr. Indra C. Uno, Ketua Umum OK OCE Indonesia Iim Rusyamsi, sejumlah pelaku UMKM milenial Babel dan tentu saja saya ikut menyimak dengan sangat serius.
Muhammad Tahir wartawan muda berbakat dari swakarya.com memandu diskusi dengan sangat apik. Ini diskusi bermutu, bukan saja topiknya menyangkut puluhan ribu pelaku UMKM di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tapi pesertanya oke punya.
Diskusi dilakukan dari tempat masing-masing. Gubernur dari kantornya, Bu Melati dari rumah, Bang Indra dan Mas Iim dari Jakarta, saya dari rumah, Tahir dari rumah orangtuanya di Desa Tempilang, Bangka Barat, peserta lainnya dari rumah masing-masing bahkan saya lihat ada yang sambil menyetir mobil.
Jadi ini juga sesuatu hal yang baru. Dan kedepan bisa jadi akan ada yang lebih canggih lagi. Saya pun awalnya agak “mengabaikan” pemanfaatan aplikasi zoom ini. Namun, kondisi saat ini membuat saya dipaksa memanfaatkannya dan justru kini semakin sering menggunakannya.
Gubernur meminta pelaku UMKM agar melek teknologi dan memanfaatkan teknologi yang dimiliki seperti hanphone sebaik mungkin untuk kepentingan usahanya seperti memasarkan produknya.
Sebab, tidak sedikit pelaku UMKM belum menjadikan hanphone sebagai saranya pemasaran yang efektif bagi produknya. Yang ada baru sebatas alat komunikasi biasa.
Indra menyebutkan, di tengah situasi sulit ini sembari terus bertahan agar bisa terus berproduksi paling tidak tiga hal yang dapat dilakukan pelaku usaha.
Pertama Mantab, yakni makan tabungan yang ada. Jika tidak punya makalangkah keddua dilakukan yakni, Manset atau makan aset. Caranya dengan menjual aset non produktif. Hal ini biasa dilakukan dalam dunia usaha.
Ketiga adalah Manjam. Yakni memakan pinjaman. Maka pelaku usaha harus mengupayakan pinjaman agar bisa berproduksi.
Nah, kata Indra, jika Manjam juga sudah habis sementara produksi atau pemasarannya makin sulit maka yang harus dilakukan adalah menghentikan produksi.
Hal ini untuk menghindari kerugian yang terjadi atau bahkan menghindari kerugian yang lebih besar.
Sedangkan Iim menyebutkan setidaknya ada tujuh langkah yang harus ditempuh oleh pelaku UMKM saat ini seperti: Pendaftaran yakni bergabung dengan komunitas seperti OK OCE, Pelatihan, Pendampingan, Perijinan, Pemasaran, Pencatatan Keuangan, Permodalan.
Apa yang disampaikan ini cukup menarik. Kunci dari semuanya atau bagaimana UMKM kedepan bisa tetap bertahan dan tumbuh adalah pendampingan.
Saya punya pengalaman bersama sejumlah kawan tahun 2000-an ikut melakukan pendampingan terhadap petani gula kelapa di DIY dan Jawa Tengah hingga berhasil menembus pasar, bahkan pasar ekspor. Termasuk ikut mendampingi petani dan pelaku UMKM di Bengkulu tahun 2004-2006. Kuncinya dalah pendampingan.
Dengan pendampingan maka, daya juang dan segala sumbatan bisa terpecahkan. Apalagi di tengah wabah Corona ini, upaya pendampingan ini harus segera dilakukan.
Sebab, tidak semua pelaku UMKM melek teknologi. Tidak semua pelaku UMKM cepat melakukan adaptasi atau perubahan di tengah dahyatnya tekanan situasi saat ini.
Siapa yang melakukan pendampingan?
Selain pemerintah harus melibatkan pihak yang lebih luas lagi, seperti Perguruan Tinggi, Asosiasi, Kelompok Peduli atau para relawan pemberdayaan terlatih. Keran inilah harus dibuka dan segera diorganisir dalam kebijakan nyata terhadap UMKM yang kini semakin kelimpungan karena semakin kehilangan pasar.
Tim pendampingan inilah yang akan membantu pelaku UMKM merumuskan kembali unit usahanya agar tetap bisa bertahan, bahkan bisa tumbuh. Sekaligus ini juga sebagai persiapan untuk menghadapi pasca Corona.
Saya juga agak gelisah jika ini tidak juga diantisipasi. Mengapa? saat ini telah terjadi pergeseran budaya. Terjadi perubahan pola pikir dan perilaku. Bahkan telah terjadi perubahan selera.
Disadari atau tidak semua itu sudah mengubah kita. Sebenarnya kita sekarang adalah manusia baru dalam artian cara pola pikir, perilaku bahkan selera. Hal ini akan tetap melekat atau terbawa ketika wabah corona ini kelak berakhir.
Jika pelaku UMKM juga tidak berubah maka, dia juga akan bertambah terpuruk bukan saat wabah corona, tapi pasca corona akan lebih terpuruk lagi, ternyata segala sesuatunya sudah berubah. Bahkan pasca wabah corona perubahan itu akan semakin massif dan cepat.
Saya mengapresiasi upaya yang dilakukan OK OCE yang memberikan perhatian yang cukup bagi pelaku UMKM di Indonesia yang jumlahnya jutaan termasuk yang ada di Babel dan dalam waktu dekat akan dilakukan pelatihan.
Dan inisiasi seperti ini sangat dibutuhkan. Termasuk kaloborasi strategis dengan berbagai pihak seperti media, BUMN dan pihak peduli lainnya sehingga badai corona ini bisa dihadapi bersama di semua sektor. Saatnya berubah atau Mati!