Yang Bikin Sedih dari Kasus Korona Di Indonesia, Ini Kata Monica Anggi

*K๐™ค๐™ง๐™ค๐™ฃ๐™– ๐™ข๐™š๐™ฃ๐™Ÿ๐™–๐™™๐™ž ๐™–๐™ก๐™–๐™จ๐™–๐™ฃ ๐™ฅ๐™š๐™ฃ๐™œ๐™ช๐™–๐™ฉ ๐™—๐™–๐™œ๐™ž ๐™ฅ๐™–๐™ง๐™– ๐™ง๐™–๐™จ๐™ž๐™จ

Jakarta, Swakarya.Com. Perempuan Cantik salah satu Pemuisi Monica Anggi JR angkat bicara soal kasus Korona di Negara Indonesia.

“Yap, dan bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi dunia. Kita tahu awal penyebaran memang dari Wuhan, negara Cina. Beberapa orang Cina mainland harus dikarantina dan dilarang masuk ke negara-negara tertentu. Kalau yang ini, paham setuju (untuk saat ini),” kata dia.

Menurut Monica Anggi, coba lihat apa yang terjadi dengan turunan Chinese yang tinggal di negara Barat? Bahkan mereka yang sudah jadi warga negara sana? ๐˜›๐˜๐˜Œ๐˜ ’๐˜๐˜Œ ๐˜Ž๐˜–๐˜› ๐˜™๐˜ˆ๐˜Š๐˜๐˜š๐˜› ๐˜ˆ๐˜›๐˜›๐˜ˆ๐˜Š๐˜’.

Media Perancis jelas nulis headline nya ini ๐˜๐˜“๐˜œ ๐˜’๐˜œ๐˜•๐˜๐˜•๐˜Ž (kuning = orang-orang Asia, terutama Cina). Dan banyak keturunan Chinese di sana didiskrimunasi hanya karena matanya sipit.

Kasus yang sama terjadi di Amerika, Inggris, dan negara lain. Di mana tiap jumpa orang Chinese, mereka akan otomatis menjauh, kayak magnet utara sama utara kalau kita paksa tempel.

Iya Kalau di negara-negara yang kultur nya sudah sebegitu maju, rasisme menjadi hal yang hanya dimiliki oleh orang-orang berpikiran sempit, dan kalangan minoritas aja (baca: kurang main).

Jadi rasisme adalah hal yang dibenci. Tapi, inilah dahsyatnya peran CORONA FLU ini.
Rasisme yang dibenci, kini jadi abu-abu.

“Karena virus baru ini jadi alasan terkuat bagi mereka menyatakan kebencian secara halus kepada orang-orang Cina mainland, maupun keturunannya yang tinggal dan hidup di negara mereka,” tuturnya

๐™‚๐™„๐™ˆ๐˜ผ๐™‰๐˜ผ ๐˜ฟ๐™€๐™‰๐™‚๐˜ผ๐™‰ ๐™„๐™‰๐˜ฟ๐™Š๐™‰๐™€๐™Ž๐™„๐˜ผ, ๐™‰๐™€๐™‚๐˜ผ๐™๐˜ผ ๐˜ฝ๐™€๐™๐™๐™‡๐™Š๐™’๐™€๐™, +62 ๐™„๐™‰๐™„?

Baginya Indonesia Persis dengan kasus yang tadi, Maksudnya sama.
Tapi Indonesia ini kultur netizen maha benar nya mayoritas diisi oleh orang-orang yang tadi saya sebutkan, “๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ช๐˜ฏ”.

Rasisme di masyarakat kita masih digemari, seperti halnya snack banyak micin yang disukai anak-anak SD. Nggak sehat, nggak bersih, nggak bernutrisi, tapi tetep aja dimakan, karena gurih dan efekny jangka panjang? Kebodohan komunal.

Rasisme karena kasus Korona di Indonesia tak hanya berhenti darimenjauhi orang-orang keturunan Chinese yang sudah jadi warga negara di sini.

Pertama, label bahwa Corona datang sebagai hukuman alam semesta karena Cina membuat sengsara Muslim Uighur. (Ini kita bahas lain waktu)

Kedua, Belanja stock barang-barang di supermarket, yang kini banyak dipost oleh kaum rasisme, khusus cuma menunjukkan para customer turunan Chinese.

Captionnya jelas, coba lihat siapa yang belanja? Yang matanya segaris-garis itu kan? Inilah tanda kemarukan mereka, dari nenek moyang mereka dll.

“DOR!” Katanya

Coba renungkan aja ya sahabat +62 ku yang tercinta. Alasan belanja gila-gilaan ini terjadi di seluruh dunia, dari negara paling santai kayak Kanada sampai negara cerdas kayak Jepang juga mengalami hal yang sama.

Ini namanya Panic Buying. Alasan utama terjadinya fenomena panic buying adalah insting pertama manusia, Bertahan Hidup.

“Memang ada beberapa kasus yang akhirnya menimbun tisu, masker, dan sanitizer, hanya karena semata-mata mencari keuntungan. Kalau mau SELF-RACIST (bukan self-critic), kalau mau merasiskan diri saya sendiri nih ya, coba baca kasus-kasus teranyar soal siapa yang menimbun masker? Hayoโ€ฆDOR LAGI!,” tuturnya.

Bukan yang matanya segaris kan? Perempuan terhormat loh itu, pakai penutup kerudung. (Sekali lagi, ini Self-Racist).

Jadi, Monica Anggi beberkan sebagai penutup dan konklusi renungan bagi para masyarakat kita, khususnya kaum netizen maha benar. Inilah statement saya bagi para panic buyer,

“Memang, fenomena panic buying ini bukan hal yang baik, karena akan membuat langka barang-barang kebutuhan dan membuat harga menjadi mahal. Di mana rasa kepedulian kita bagi tetangga sebelah yang gajinya di bawah UMR? Cobalah, kita boleh belanja banyak, bahkan jika hasilnya adalah menghabiskan stock, kita bisa berbagi ke tetangga dan lingkungan,” jelasnya.

Panic buying karena Corona juga merupakan hal yang BODOH, kenapa? Baca dong, corona itu tingkat kematiannya 2%, dan bisa kita cegah dengan menjaga imun tubuh. Kalau kita panic buying seperti itu, belanja ke swalayan yang banyak banget orang numplek jadi satu, kebodohan juga kan? Mencegah itu berarti mengurangi aktivitas di ruang publik, ini kok malah menjadikan dirimu rentan.

“Jadi kita renungkan yuk, belanja seperlunya, sesuai kebutuhan. Ini bukan virus T, kok,” ungkapnya.

Terus ia pun mengingatkan kepada sahabat terkasih yang sedikit rasis,

“Aku mengasihimu, yuk kita banyakkin main sama baca. Atau kalau nggak suka baca, tonton YouTube soal hal-hal mendasar deh seperti filsafat kehidupan. Soalnya komentar yang kalian ucapkan, tak membawa kedamaian. Kalian saat komentar pasti terasa panas di dalam kan? Itulah neraka sesungguhnya kebencian,” tutupnya

Penulis : Tahir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait